Monday, July 20, 2009

PERJALANAN MENUJU MAJELIS LALUHUR



PERJALANAN SUCI :
SANGGAR PADEPOKAN RASMI SANCAYA

Pada tanggal 2 Juli 2009 kami berangkat dari tepi timur Pulau Bali;halaman pasraman meru lempuyang Karangasem menuju Padepokan Majelis Leluhur Lereng selatan Gunung Salak Bogor Jawa Barat;
Dengan menggenggam air suci titra lempuyang kami berhayun ke tatar sunda, diatas Gunung Bromo ( Brahma ) kami lewat hanya dengan ucapan astungkara panganjali kepadanya terus bergerak sampai melewati tanah jawi yang sedang merana duka mendalam dengan tetesan nanah perut mojokerto, kami hanya bisa mendengar tangisan itu..tak berdaya sekali, sesak, rintih...begitu malu dengan hawa yang menjijikan, "Kita tahu semua itu eyang,tapi gak dibolehkan aku yang yang bertindak"
Kita berjalan lagi, sejenak menengok kehamparan Gunung Lawu, begitu mantapnya topo seorang leluhur dengan senyumnya mengandung arti " tak tunggu yo nduk" , sampe ketemu nang tatar sunda"..., begitu pula beliau - beliau yang lain.

Kita tiba dipangkuan Maha Prabhu Siliwangi sebelum sang surya menampakkan diri / Matahari terbit, disambut dengan hawa harum semerbak ; seketika aku melirik dari mana sumber keharuman itu; tak kusangka arahnya datang dari pantat seorang mahatapa prabu siliwangi ( silit;pantat - wangi; harum ), oh.. begitu harumnya beliau, begitu kuatnya bertapa, sampai keluar bau harum dari bawah tapanya.
Kita membersihkan badan, berkumur serta merapikan pakaian kita lalu serentak duduk pada samadi masing - masing. Dengan diantar oleh pandita suci dihadapan beliau kita memohon anugrah serta menyampaikan pesan sungkem dari umat yang lupa akan keberadaan beliau khususnya ditanah jawi.
Diakhir samadi muncul wahyu sejati dari bhatara, beliau berpesan bahwa; " hati - hatilah melangkah, menyeberang, air akan menuju daratannya " dst .
Setelah selesai kita semua mohon ijin pamit menuju padepokan Majelis Leluhur yang berlokasi dibalik pertapaan Prabu Siliwangi Gunung Salak , sesampai kita disana disambur isak tangis bahagia oleh para warga disana seakan- akan bertemu saudara yang lama tak kunjung pulang. Kita dijamu dan membersihkan diri seperti rumah sendiri.
Akhirnya malam renunganpun mulai, yang juga dihadiri oleh aliansi bhinekatunggal ika, Komunitas penekun spiritual samiaji, warga Baduwi serta pinisepuh padepokan majelis leluhur Bogor.
Inti dari sarasehan renungan itu adalah;
1. Sabda Uyut Padepokan bahwa; Pancasila menjadi pengayom semua agama, hanya dengan
Pancasila kita bisa hidup rukun dan damai di Tanah Indonesia ini ( th 1578 - th
1978 ) 500 th Gomo Budhi.
2. Muncul wacana ; Kita orang indonesia yang beragama X, Bukan Agama X yang
berdomisili di Indonesia ( artinya berbeda ); aliansi bineka tunggal ika
3. Kesepakatan akan menguatkan budaya leluhur didalam menopang jati diri yang
bersumberkan agama masing - masing untuk dapat mengaktualisasikan nilai - nilai
dalam kehidupan sehari - hari.
4. Tanah Jawa memegang peranan penting dalam meniti jejak para leluhur demi
mewujudkan masyarakat indonesia kembali adil dan makmur ( Sabdo Palon Noyo
Genggong ; kita tidak akan miskin dikemudian hari, sesaji hanya mampu memindahkan
saja Bencana akan tetap terjadi)
5. Kidung Pancaila dari padepokan majelis leluhur ; " banyak orang pinter dari
manusia yang ngerti "

tak terasa Sang Surya muncul kembali, sarasehanpun selesai dengan pesan Dewi kWam In melalui raga Bunda Ratu Pertiwi ; Hati yang tulus,Tersenyumlah,Berderma/sedekah serta bersikap ramah pada semua mahluk.

Selanjutnya kita mohon ijin melanjutkan perjalanan menuju Eyang Sepuh Sundari (85th)di padepokannya.Kita disambut oleh beberapa juru kunci Gunung di Tanah Jawa. Disini kita hanya bersambut saja dengan rencana pasti melakukan perjalanan ritual di Gunung Lawu Jawa Tengah tahun ini.

Lalu kita melakukan ritual purwa daksina diJakarta yaitu Pura Halim / timur, Pura Cinere / selatan, Pura Tanggerang / barat, Pura segara celincing / Utara. Dengan membawa pesan bahwa seandainya ada yang mau memuja Tuhan dan leluhur diPura ini walaupun dengan cara dan pakaian yang berbeda karena sesungguhnya tujuan mereka adalah sama.

Demikianlah perjalanan suci ini, akhirnya kita pulang kembali ke Timur lagi/karangasem, dengan persiapan akan melakukan perjalanan lagi.

Semoga perjalanan ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

1 comment:

  1. "Rahayu"
    Tetap Berjalan pd jalur yg tepat,,,
    tanpa penderitaan kita tidak akn bs menikmati arti sebuah kebahagiaan,,,
    imbangilah sifat MOMO AKSARA dalam diri dengan satu kata..."ELING"...
    semoga cerita Sang Hyang Embang berakhir dengan manis,,,
    "Rahayu"

    ReplyDelete