Wednesday, April 29, 2009

KENAPA PENYAKIT BINATANG DAPAT MENULAR KEMANUSIA


Baghawad Ghita mengatakan apa yang engkau makan, dirimu kelak akan menjadi diri yang engkau makan, berikut rasa dan tingkahmu juga akan mengikutinya...

Melihat kalimat diatas sangat berpotensi sekali penyakit binatang akan dapat menular ditubuh manusia, karena struktur jaringan daging dan sel darah merah binatang tersebutlah yang mengalir dan menghiasi tubuh manusia, maka tidak mustahil akan terjangkit.
Beberapa sumber medis mengatakan bahwa dulu tidak adanya penyakit yang seperti sekarang dikarenakan sumber protein hewani juga sedikit pada saat itu, apalagi hampir tidak ditemui bahan kimia, semuanya menggunakan organik, dari sistem pertanian sampai pakan ternak saat itu.
Pemanasan Global( Global warming ) juga sangat mempengaruhi keadaan dunia kita saat ini, iklim tidak teratur, cuaca berubah tanpa disadari dan keadaan atmosfir juga tidak menentu, analisa kami mengisyaratkan juga bahwa sumber - sumber virus yang dulunya tidak mampu menembus bumi sekarang ini sangat gampang bisa masuk, sehingga dapat menjangkiti tubuh manusia seenaknya, khususnya jenis manusia yang rentan terhadap virus .

Pelaksanaan Karya Panca Bali Krama yang baru - baru ini di Pura Besakih memfunyai peran yang sangat khusus terhadap keadaan dunia seperti sekarang ini, yakni melakukan persembahan ritual yang gunanya diharapkan terjadinya harmonisasi alam dengan manusia melalui untaian tangan Tuhan. Bukan saja untuk kepentingan alam Bali saja melainkan seluruh dunia beserta isinya ( dari Bali untuk Dunia ).

Semoga persahabatan manusia dengan alam mulai terjaga ( save the planet )

Tuesday, April 28, 2009

Babi Guling VS Flu Babi


Peradaban baru dengan sistem pengembangbiakan ternak khususnya babi dan unggas  sangat luar biasa, dengan waktu kurang dari 6 bulan sudah bisa dipanen( istilah peternak ) untuk babi, dan hanya dengan 40 hari saja ayam sudah bisa dipotong. Padahal  standarnya waktu panennya lebih dari itu. Entahlah apa isi dan kandungan pakan ternak tersebut, yang pastinya cepat menghasilkan uang ( harta benda ) untuk dapat menambah nilai ekonomi masyarakat saat ini, karena komunitas pemakan daging sangat potensial sekali di negeri ini.

Kalau hidup hewan tersebut didaerah vegetarian ( tidak ada unsur protein hewani) seperti India, perkembangbiakan hewan tersebut sangat lambat, hewan mencari makanan sendiri -sendiri tanpa ada yang menyuguhkan dan berkembangbiak ditempat liar. Manusia memandang mereka seperti komunitas hidup seperti manusia juga tanpa saling mengganggu antar manusia dan hewan. Untuk itu hewan disana hidup sangat alamiah sekali, siklus kehidupan mereka yaitu lahir hidup dan mati mereka berjalan sangat normal, masing - masing berkelompok sesuai dengan janisnya. 
Menurut pengamatan kami disana di India sama sekali tidak terdengar yang namanya flu burung atau mungkin sekarang flu babi, berarti kalaupun ada penyakit menular dibadan hewan tadi tidak akan pernah menular ketubuh manusia karena manusia di India pada dasarnya tidak bersumber pada daging hewan. Disini membuktikan bahwa tubuh manusia pemakan daging pada hakekatnya strukturnya sama dengan tubuh hewan yang dimakan, terbukti begitu gampang penyakit menular hewan dapat masuk ketubuh manusia dan menjadikan manusia panik dan bahkan memusnahkan hewan penular penyakit tersebut ( biadab ) padahal mereka terbiasa memakannya.

Di Bali komunitas penduduknya hampir 70% makan daging babi, karena disamping orang Bali tidak mengharamkan babi juga disetiap upacara keagamaan babi tidak pernah absen dari kandungan upacara tersebut ( pebangkit + babi guling ). Sebelum sistem peternakan modern menyebar di bali, sistem yang digunakan adalah tradisional yaitu menambatkan disalah satu pohon disekitar rumah orang Bali, berbicara penyakit hampir tidak pernah terdengar, apakah mungkin karena keikhlasan orang Bali untuk kegiatan upacara tersebut atau orang Bali sendiri juga dulunya tidak makan babi. Banten upakara yang berisi babi sesuai dengan beberapa lontar memang ada, tetapi belum pernah ada lontar yang mengatakan setelah babi itu dipersembahkan langsung dapat dimakan
Menurut beberapa sumber yang mengatakan bahwa orang Bali (bukan penduduk Bali asli ) sebenarnya tidak makan babi guling setelah upacara pada jaman dahulu kala, tetapi banten surudan ( habis dipersembahkan ) akan diambil oleh sekelompok orang yang tidak ketahuan asal usulnya dari mana, setiap dimanapun ada upacara kelompok ini selalu muncul ( tahun 1960 masih ada terlihat di pura Dalem Puri Besakih ), selalu mengambil surudan tersebut. Tetapi entah siapa yang mendahului akhirnya karena babi mempunyai nilai benda yang berharga dan juga enak kalau disantap, maka mulailah orang Bali terbiasa makan daging babi.
Flu babi yang menyebar sekarang akankah mempengaruhi budaya dan kebiasaan orang Bali untuk makan daging babi ? 

Beberapa sumber nutrisi juga mengatakan bahwa daging babi mempunyai kandungan kolesterol yang paling banyak, penyebab banyaknya kolesterol didalam darah manusia akan menyebabkan penggumpalan sel darah dan penyumbatan pada pembuluh darah,apalagi diikuti pola hidup yang tegang ( stress) yang akhirnya akan menyebabkan beberapa penyakit seperti tekanan darah tinggi, stroke, gangguan jantung,asam urat, kencing manis dan gangguan fungsi ginjal.

Begitulah sekelumit tentang konsekuensi makanan enak yang bernama babi guling dengan isu flu babi yang sedang menyebar sekarang, semoga bermamfaat.

Semoga kandungan agama(filosofi) yang tertuang pada kehidupan manusia ( budaya ) dapat diamati sekaligus dicoba untuk melakoninya, sehingga filosofi agama itu tidak berbenturan dengan pelaksanaan hidup sehari - hari. 


 

Sunday, April 26, 2009

RASA HIDUP - MARTABAT


Apakah rasa itu ?
Hampir kebanyakan orang tidak faham arti sebuah rasa, apalagi rasa hidup/hidup penuh rasa/berperasaan, atau apa yang perlu dirasakan dalam hidup ini. Ketidaktahuan mereka disebabkan karena tidak didasari dengan hidup bermartabat, karena penderitaan masyarakat tidak kunjung padam, semenjak diberikan konsep hidup menguasai daerah lain oleh pengalaman jaman kerajaan tempo dulu, sampai benar - benar dijajah oleh bangsa lain. Setelah mencapai kemerdekaan sekali lagi masyarakat kita tidak diberikan pendidikan berdemokrasi dengan baik sehingga mereka masih tetap saja merasa tidak merdeka, sampai tiba waktunya 'reformasi' dilanjutkan dengan 'era perubahan' tetap saja masyarakat tidak sejahtera. Bagaimana mereka dapat merasakan hidup kalau sepanjang tahun selalu menjadi objek pencapaian kekuasaan seorang pemimpin yang mempunyai visi 'menyelamatkan diri dan golongan dulu baru rakyat'.

Kebudayaan sebagai fundamental sebuah peradaban yang mempunyai rasa hidup sudah ikut lenyap oleh kebiadaban penjajah, karena kebudayaan itu tidak lagi memandang kebendaan(materialisme) sebagai tujuan utama hidup, tetapi idealisme hidup berbudaya itulah menjadi aplikasi kehidupan yaitu hidup yang bermartabat. Seperti kita lihat pada cara hidup rakyat saat ini dimana hanya satu visi hidup mereka adalah bagaimana mengumpulkan uang sebanyak - banyaknya dengan mengenyampingkan martabat diri sebagai mahluk yang beradab dan berbudaya, malahan ada yang menjadi pelacur ( bidang apa saja).

Imu pengetahuan ketuhanan ( Agama/Teologi) pada bagian masyarakat tertentu malah tidak terlihat budaya sebagai penampakan sebuah ilmu pengetahuan ketuhanan yaitu dengan secara nyata melakukan aktifitas keagamaan dengan cara verbal/wacana saja. Ini menunjukan betapa tingginya pemahaman ilmu pengetahuan ketuhanan yang dimiliki tapi miskin laku. Tetapi pada kenyataannya kemampuan masyarakat untuk menyelami pengetahuan ketuhanan sangat rendah sekali, apalagi didasari dengan tingkat pendidikan formal masyarakat yang rendah juga. 
Kesadaran kemampuan penalaran ilmu pengetahuan ketuhanan yang rendah ini semestinya dilakukan dengan cara aplikasi  hidup yang berbudaya, tanpa terlalu jauh mengerti pengetahuannya, artinya  pengetahuan ketuhanan tersebut hendaknya ditunjukkan dengan cara pelaksanaan budaya dulu setelah melakukan dan merasakan baru dilanjutkan dengan pemaknaan dan teologinya.
Hasil kebudayaan dalam bentuk berkesenian adalah juga cara terselubung untuk melakukan pendidikan pengetahuan ketuhanan(agama), karena idealisme agama tersebut terlihat pada lakon atau cerita sebagai pesan moral pengetahuan menyesuaikan pada salah satu ilmu pengetahuan tersebut, begitu pula pemerannya masing - masing akan dapat memahaminya karena mereka sebagai pelaku atas pengetahuan tersebut.
Kehilangan rasa seni pada kebiasaan masyarakat indonesia sehari-hari seperti kita dapat lihat jaman dulu sudah tidak terlihat lagi, ini pula menyebabkan cara hidup masyarakat indonesia yang serba instan/pendek, karena segalanya dibandingkan dengan materialisme saja sehingga tidak ada waktu buat masyakat melakukan aktifitas berkesenian karena dikejar waktu bekerja untuk menghasilkan uang.
Hidup dengan mengenyampingkan rasa seni pada dirinya dapat dikatakan ketidak mampuan untuk menerima perbedaan karena seolah - olah harus sama sesuai dengan dirinya, padahal didalam berkesenian seharusnya perbedaan itu menjadi penyempurnaan pementasan, sekali lagi inilah s e n i. Aplikasi gaya hidup seni itu dapat terlihat pada konsep interpreneurship kerja/usaha yaitu kemampuan  mebangun sebuah perbedaan untuk menjadi satu pemikiran(deal). Kemampuan untuk menyadari sebuah perbedaan untuk menjadikannya pemikiran yang satu inilah dinamakan hidup berperasaan.
Sebagai kesimpulan marilah kita menjalankan hidup ini dengan memandang atas perbedaan dibawah persatuan dan kesatuan bangsa sehingga dengan kesatuan dan persatuan tersebut martabat bangsa kita dapat kita tunjukan kepada bangsa lain.

"Bhineka tunggal ikka tan hana dharma mangruwa"


Monday, April 20, 2009

FENOMENA USAHA DAGANG BANTEN UPAKARA

Secara umum  tujuan agama hindu yaitu untuk mencapai kebahagian rohani dan kesejahteraan jasmani ( moksartham jagadhita ya ca iti dharma), pelaksanaan realitas agama hindu dibali diwujudkan dengan mempersembahkan banten upakara. Banten Upakara adalah sebuah wujud persembahan, yang bertujuan agar terjadi keharmonisan antar manusia sebagai pemberi persembahan kepada yang dipersembahkan. Didalam ajaran agama hindu ada 5(panca) wujud persembahan yakni :

  1. Dewa
  2. Rshi
  3. Pitara
  4. Manusa
  5. Butha

kelima persembahan/srada tersebut didalam pelaksanaanya menjadi sebuah yajnya, maka selanjutnya dinamakan panca yajnya, karena sesuai dengan dasar kepercayaan/keyakinan umat hindu (srada) yaitu Kepercayaan terhadap Tuhan, Atman,Karma phala,Punarbawa dan Moksa.

Disamping menjadi tujuan yang suci dan mulya itu juga tersirat wujud aplikasi yoga yang dalam hal ini meditasi budaya ( culture meditation) disamping juga pengetahuan yoga lainnya. Dapat tercermin pada saat orang membuat banten selalu ada pada kestabilan jiwa dan raga sampai pada puncak acara yajnya dilaksanakan.

Sekarang ini dengan adanya usaha dagang banten upakara, . . . . apa yang bisa diharapkan dari hal tersebut diatas, seakan - akan ada upaya pelaksanaan yajnya tersebut sebagai wujud visual / festifal saja, karena kekurangan pemaknaan atas pembuatan banten dan pelaksanaan yajnya tersebut. Apalagi ada yang melaksanakan yajnya dengan keterpaksaan, sangat jelaslah pelaksanaan yajnya itu sama sekali tidak mengandung makna.

Siapa yang memulai ? . . . entahlah dengan tidak menyinggung siapa - siapa, apakah manusia saat ini tidak bisa membuat, tidak ada waktu atau memang malas membuat dan melakukannya. Apakah seoarang Tapini tidak pernah dilahirkan lagi, pengetahuan upakara tidak lagi boleh dipelajari atau ada jenis monopoli baru dibidang usaha dagang banten ?

Wujud persembahan upacara yajnya yang saat ini sedang diminati pelaksanaanya sangat memungkinkan untuk terjadinya prospek/peluang itu, sekali lagi memang perlukah diZaman ini dilakukan dengan besar - besaran ( puspam, toyam, gandam ), dimanalagi mencari visi agama hindu yang bijak dan saratbentuk bhakti yang lain, apakah bentuk bhakti yang lain juga tidak boleh ?. . . . .        bagaimana juga dengan Yuga/zaman dan penyesuaian pelaksanaan bhakti ? harus diingat sekarang zaman kali ( kali yuga ), bentuk bhakti apa yang sesuai dengan zaman ini . . . tidakkah ada yang paling sederhana dilakukan. . . yaitu dengan menyebut nama suci beliau Tuhan ( vasundevam kuthumbakham ).

Semoga ada mamfaatnya . . . 

Sunday, April 19, 2009

BALI DIANTARA PRAMBANAN DAN BOROBUDUR




Pengetahuan spiritualitas yang berkembang diBali belum banyak memahami dari mana sumbernya, siapa yang mewarisinya, apalagi mereka yang ada diwilayah yang sama sekali tidak faham arti hidup sesungguhnya, mereka selalu melakukan aktifitas hidup yang berdasar atas apa yang dilakukan orang tuanya tanpa peduli makna dan filosofinya. Bila mana perlu mereka akan selalu mengatakan salah kepada orang yang dilihat tidak sama dengan apa yang dilakukuan olehnya. Bukan karena mereka kekurangan ataupun tidak punya apa-apa, bahkan justru ada  dari mereka yang mempunyai harta yang berlebihan. Adapun mereka melakukan tata keagamaan justru dengan baik dilihat dari wujud pelaksanaan upakara dan upacara, tanpa harus melakukan penyesuaian jaman, begitu terus menerus dari jaman kejaman.

Sekelompok orang intelek/terpelajar malah melakukan aktifitas keagamaan karena hanya didasari oleh pengetahuan saja tanpa menoleh sosial kultur malah sebaliknya,dimana berbanding terbalik dengan orang yang diatas, dengan alasan sesuai dengan inti sari agama( Veda ).

Kedua fenomena diatas menunjukan betapa goyahnya sipitualitas Bali, tidak adanya hubungan yang jelas antar kedua kelompok tersebut, bahkan terlihat saling untuk menjatuhkan. Padahal kalau mereka mau berkomunikasi akan terjalin hubungan yang saling menyempurnakan.

Disinilah kajian kami tentang spiritualitas Bali yang sudah memudar akan sistem 'guron aguron antar sisya nabe', artinya pola pendidikan spritualitas di Bali sudah sangat tidak bersumber pada ajaran yang ada di tutur Sang Hyang Aji Saraswati yaitu belajar yang selalu hendaknya didampingi oleh seorang guru/nabe, dan dilakukan disebuah tempat yang unsur spirit dan lingkungan yang suci. Guru/nabepun merupakan seorang Brahmana sejati yang dapat dilihat dari cara berbicara, pola fikir dan sikap pelaksanaan sehari-hari yang menunjukkan seorang Brahmana yang sesuai dengan swadarmaning brahmana. Liarnya sekelompok orang yang mempelajari pengetahuan tanpa didampingi seorang guru/nabe yang belum menunjukkan kebrahmananya dikarenakan pengaruh sistem pendidikan modern yang ada saat ini yaitu predikat yang diperoleh atas dasar kebendaan/pamrih bukan proses kebrahmanan tetapi dibuat predikat brahmana dengan belajar singkat dan dilegitimasi oleh upacara tertentu dengan mengenyampingkan sikap asli seorang brahmana.

Bali sesungguhnya merupakan daerah yang penuh dengan spirit dan kesucian, dari jaman sebelum masehipun sudah banyak brahmana yang datang keBali untuk melaksanakan proses spiritualitas, bahkan diteruskan kedaerah lain seperti Jawa dan Lombok. Kemasyuran Kerajaan diJawa yang sesungguhnya pula berleluhur diBali merupakan bukti nyata Bali menjadi inspirasi spritualitas, yaitu pada Jaman Sailendra terbangun instalasi spiritual yang maha agung di Pulau Jawa yaitu Prambanan dan Borobudur yakni sebuah penyatuan peradaban ciwaistis dan budisme yang hidup secara damai. Pada jaman inilah kesempurnaan hidup dapat tercapai ( moksartham jagadhita ya caiti dharma ), bagaikan sorga yang pindah kebuni ini.

Setelah kedatangan kelompok orang yang mengatasnamakan bahwa yang berbeda 'salah', mulailah sorga ini lenyap dari bumi ini, keserakahan-kemunafikan-kesombongan memainkan perannya dibumi ini, sehingga mereka kembali lagi ketanah suci di Pulau Bali dengan membawa wujud instalasi spiritual juga. Sekembalinya kelompok kecil spiritual ini keBali juga sempat menjadikan bali yang masyur dan sejahtera dengan tetap membangun konsep kebersamaan diantara perbedaan ( anunggalaken siwa buda ). Kemudian datang lagi kelompok yang mengadudomba diBali (penjajah ), mereka berhasil hanya dengan mengadudomba bisa menghancurkan Bali kemudian kita warisi sampai sekarang perpecahan itu, maka tidak pernah diantara kita terjalin komunikasi yang baik sampai saat ini, dibali masih sangat banyak kelompok yang mengalergikan kelompok lain sehingga selalu terjadi perselisihan dan pertengkaran. b a h a ya !

Kesimpulannya adalah marilah kita diantara penganut faham spiritualitas apapun harus tetap berdasarkan prinsip dasar filosofi Dharma(weda), yaitu bersikap saling menghormati antar sesama, menjaga dan melestarikan alam ini beserta isinya, melaksanakan kewajiban sesuai dengan swadarma dan selalu berfikir yang intelek/terpelajar sehingga terwujud sikap perilaku yang mulya yaitu yang sesuai dengan dharma. Semoga nantinya akan pengaruh karma baik diatas karma buruk akan menghasilkan sebuah hasil yaitu rejeki dan kesehatan yang sesuai dengan kewajiban kita.

Semoga kebaikan datang dari segala penjuru...

Saturday, April 18, 2009

SAPTA KANDA PAT

Sapta Kanda Pat adalah Akar,batang,daun dan buah kebudayaan Bali, inilah konsep dasar Organisasi Penghayat Tuhan Yang maha Esa Darma Murti, adalah tujuh kanda atau tutur tentang hakekat kehidupan meliputi :
  1. Kanda Pat Bhuta
  2. Kanda Pat Rare
  3. Kanda Pat Nyama
  4. Kanda Pat Dewa
  5. Kanda Pat Subiksa
  6. Kanda Pat Sari
  7. Kanda Pat Moksa
Sapta Kanda Pat merupakan konsep pemikiran local genius masyarakat Bali yang patut dijunjung tinggi keberadaannya namun tidak dapat terlepas dari penggaruh Hindu di Bali, karena keduanya telah menyatu sehingga sangat sulit untuk dibedakan dan saling melengkapi. Karena itu Darma Murti bukanlah agama,sekte tetapi merupakan organisasi yang bertujuan membangun masyarakat Hindu Bali untuk bisa memahami,melestarikan dan melaksanakan tradisi spiritual Bali yang adiluhur.
inilah tutur seorang Pinisepuh/Maha Guru Darma Murti Bali I Dewa Made Sudewa,SE
Rahayu,rahayu,rahayu

Friday, April 10, 2009

PADEPOKAN bukan SEKOLAH

RASMI SANCAYA adalah berlembaga( mandala ) Padepokan/Sekehe/Sanggar bukan mengikuti istilah sekarang yakni sekolah/universitas/institut,  kami bukan bermaksud membedakan arti kata yang terkandung pada kedua istilah tersebut diatas, tetapi pemaknaan atas situasi dan cara pandang proses belajar mengajar yang dilakukannya. mungkin kami agak katrok/purba dalam menggunakan istilah tersebut karena nantinya pemaknaan dan proses belajar mengajar yang kami akan laksanakan lebih banyak pada proses petualangan intelektualitas bukan duplikasi pengetahuan dari seorang guru/dosen kepada muridnya, apalagi pemaksaan kehendak atas idealisme guru kepada siswanya, .......... b a h a y a ! 

Kaeadaan pendidikan saat ini yang merupakan warisan kelanjutan dari proses pendidikan Jaman Belanda dimana intuisi pendidikan menitik beratkan pada proses pengetahuan yang mengarah pada pengembangan kebendaan atau materialisme, dapat dilihat dari fenomena latar belakang bersekolah adalah untuk mempersiapkan karir, jabatan dan usaha, dapat juga dilihat dari kurikulum pendidikannya. Disamping itu kurikulum pemberdayaan sumber daya alam lebih mengarah pada proses eksploitasi yang artinya tidak jangka panjang ( globalisasi ), tidak pernah berpikir tentang proses alamiah/evolusi akan tetapi sebaliknya revolusi/instan dengan dalih semangat penyelamatan, ...... munafik"

Sisi lain dari hasil pengembangan sumber daya manusia oleh pendidikan formal sekarang adalah segala bentuk pengembangan intelektualitas pikiran yang didasari atas kurikulum artinya kurikulum tersebutlah yang membatasi pikiran para siswa, bahkan kalau saja ada salah satu siswa yang mencoba berpetualang keluar dari kurikulum dianggapnya salah malahan bisa jadi karena itu siswa tersebut dinyatakan tidak lulus alias tidak bergelar. Maka tidak sedikit para sarjana sekarang ini merupakan sarjana hasil cetakan dari guru/institut ( * cetakan ; barang terbatas ), disini muncul sebuah kebanggaan entah dari guru ataupun dari sarjana yang tercetak. Yang akan muncul pemikiran dari sarjana cetakan ini adalah sikap atau anggapan salah/keliru kalau melihat pandangan lain dari kurukulum yang pernah dipelajarinya, penggaruh kebendaan( ego;pikiran yang terbatas ) yang melekat pada kurikulum itu akan menjadi dasar menyalahkannya. Disini juga terlihat sangat kental akan konsep 'leting' yaitu leting yang lebih rendah pasti merasa bodoh dengan leting yang lebih tinggi ( *kaula-gusti), dan yang paling mengharukan adalah sikap angkuh seorang guru yang selalu merasa benar dimata siswa - siswanya.

Padepokan/ Sekehe/ Sanggar adalah lembaga( mandala ) dimana tercipta sebuah kelompok yang bersepakat untuk menjunjung tinggi idealisme sejatiNya ( Satwam,Ciwam,Sundaram ). Berlandaskan  atas mahardika ; proses pengetahuan yang berdasar atas petualangan intelktualitas yang tak terbatas ( CiwaBudaYa ), petitis ; bebas menentukan titik konsentrasi atas pencapaian ketuhanan( Sampradaya, Sidanta), digjaya lango; merasakan betul arti sebuah rasa keindahan yang menjadi dasar pencapain nilai ketuhanan. Seorang guru padepokan hanya melakukan pengawasan segala sikap dan tindakan sisya dengan pedoman padepokan tersebut. Segala bentuk dan warna kesarjanaan dari seorang sisya akan tercermin pada sikap sisya atas pertanyaan yang dilontarkan kepada gurunya, pertanyaan itulah menjadi dasar seorang guru padepokan tentang tingkat kedalaman kesarjanaan seorang sisya, bukan apa yang sudah diduplikasikan guru kepada siswanya.

Ada hal yang lain yang menjadi fokus kami di Padepokan Seni dan Budaya Rasmi Sancaya ini adalah cara pandang berketuhanan dari masing - masing sisya dengan pedoman Kalanguan; Nyastra,Gita dan Lila,  termasuk nantinya Yatra ( dharma, titra ). Rasa merupakan instalasi spiritual kami dalam melakukan proses belajar, Weda ; Cruti-Smerti-Bagawad, Purana dan Upanisad adalah payung dan sumber inspirasi kami dalam melakukan olah rasa dan cipta, Trikaya Parisudha yang akan kami sikapkan didalam kami berkehidupan sehari - hari baik dipadepokan maupun dijero/rumah masing -masing.

Demikianlah kenapa kami menggunakan istilah padepokan/sekehe/sanggar agar kami dapat menyentuh sebuah idealisme yang sejati, sekali lagi bukan tercetak. suksma