Monday, July 20, 2009

BUDAKELING ...PANCANGAN TOMBAK AKHIR JAMAN


Membangun Citra Agung Persatuan Bangsa Indonesia melalui perjalanan suci ke Tatar Sunda dari Tepi Timur Budhakeling

BUDAKELING dharma di zaman Kali yang gelap ini, ia adalah cahaya terakhir dari dunia ini. Keberadaannya di ''muka'' (bahasa setempat: prarai) Gunung Agung-- gunung tertinggi di Bali, menyebabkan desa ini selalu berada di bawah pengawasan bayang-bayang kesadaran mahkota, makuta mandita.

Kesadaran agama yang melampaui Hindu-Budha menuju persatuan yang agung. Sutasoma menancapkan kaki-kakinya di pusaran desa trah Mpu Tantular pengarang Kakawin ''Bhinneka Tunggal Ika''. Sutasoma moyang Danghyang Astapaka penemu citra pertiwi Budakeling. Desa seharusnya bangkit dan mampu melakukan tugas besar bhawanamayiprajnya memimpin ritual kesadaran yang sebenar-benarnya.

Desa dijadikan kota satelit suci tempat pengembangan idealisme budaya adicita adistana, aksara merancang masa depan surgawi. Di desa adistana Budakeling inilah segera akan diadakan sebuah ritus baru Bhawanamayiprajnya, Tarpanadhatu, membangun pikiran murni. Selanjutnya, membaca Manggala dan teks Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Persembahan Mahawinduprasapta tujuh abad Bhinneka Tunggal Ika, penghormatan terhadap nilai sejarah eksistensi bangsa, Indonesia-Mahardika.

Kekuatan murni dari tradisi besar yang pernah dimiliki oleh bangsa ini dan yang masih terwariskan di Bali dengan spirit panunggalan siwa-budha-tatwa-- sinkritisme hindu-budha-awatara, sintesa sistematik baru spirit-ilmu-taksu. Sebuah perjalanan panjang lintasan spirit zaman telah semestinya menjadikan pulau ini sebagai surga dewata masa depan.

Tidak ada satupun kebudayaan di dunia ini yang lepas dari agama. Hasil kebudayaan adalah persembahan agama dan pertahanan hidup bangsa. Karya Sutasoma adalah persembahan Mahakawya Yogiswara Mpu Tantular terhadap bangsa dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sebuah karya besar yang dikarang oleh pujangga dari kerajaan Majapahit tujuh abad yang lalu, akan kembali digemakan dengan suara mahabajra, suara cakra pranawa, sapta ongkara, tujuh api, tujuh samadi. Memperingati mahawinduprasapta tujuh abad bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Siapapun di antara putra putri bangsa ini segera dapat mengetahui dan mengenang kembali betapa sebuah negara dibangun dengan falsafah panca sila-- dengan slogan ''Bhinneka Tunggal Ika'' oleh para pendiri the founding father Soekarno, Hatta, dan Mohamad Jamin, 60 tahun yang lalu.

Mpu Tantular adalah seorang di antara mahakawia penyair terbesar yang pernah dimiliki bangsa ini. Dari karyanya, Kakawin Sutasoma (Porusadasanta), mengalir benih-benih kesadaran muasal dan universal itu membangun citra agung persatuan seluruh bangsa Indonesia. Berbeda tetapi tetap satu Indonesia Merdeka.

Pasca merdeka semestinya Mahardika. Mungkin kita telah hampir lupa, bahwa kendaraan kesadaran yang dimiliki bangsa ini telah merasuki pintu hilir eutopia hiperealistik dan hegemoni baratisasi, yang didominasi adikuasa (dengan rujukan superpower Amerika). Namun ujung kesadaran utama milik bangsa sesungguhnya ada di pintu hulu adistana (superideal, merujuk prinsip kemurnian pribadi, mandala dharma, dan atau mandala-mandala desa). Sebagai wujud kuasa surgawi-- Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana tersurat butir pertama Pancasila. Jika demikian betapapun nilai-nilai keutamaan bangsa itu tak pernah akan tercampakkan sedemikian rupa.

Momentum naramangsa pramangsa zaman kali ini sebagai perlambang-- manusia pemakan atau sebaliknya pemakan manusia sesungguhnya menantang kita untuk berpikir, merenung, merefleksi sejarah masa lalu dan memproyeksikan ke depan. Segala kemampuan diperlukan untuk tranformasi dan transmisi nilai-nilai budaya yang bertumbuh terus dengan semangat pembaruan semesta (Ongkarapranawa). Hidup bhawanamaya adalah sebuah yadnya, persembahan demi kebaikan dan keharmonisan dunia dan akhirat.

Sedangkan, pemujaan (achara) adalah evolusi kesadaran yang bergerak dari pemujaan eksternal (lahiriah, eksoteris) menuju pemujaan yang lebih tinggi (internal, esoteris). Dari praktek keagamaan yang bergerak ke luar (nirwrttimarga) mengarah ke praktek pemujaan yang bergerak ke dalam (prawrttimarga).

Adakah kita telah melangkah menuju kemerdekaan yang mahardika? Mahawinduprasapta adalah sebuah ''bom waktu'' Pangutpati, hidup kembali, untuk manusia yang berkesadaran murni (bhawanamaya).

1 comment:

  1. Tityang naler saking Budakeling. Bangga rasanya ada insan Budakeling yang menulis blog ini :)

    ReplyDelete