Friday, April 10, 2009

PADEPOKAN bukan SEKOLAH

RASMI SANCAYA adalah berlembaga( mandala ) Padepokan/Sekehe/Sanggar bukan mengikuti istilah sekarang yakni sekolah/universitas/institut,  kami bukan bermaksud membedakan arti kata yang terkandung pada kedua istilah tersebut diatas, tetapi pemaknaan atas situasi dan cara pandang proses belajar mengajar yang dilakukannya. mungkin kami agak katrok/purba dalam menggunakan istilah tersebut karena nantinya pemaknaan dan proses belajar mengajar yang kami akan laksanakan lebih banyak pada proses petualangan intelektualitas bukan duplikasi pengetahuan dari seorang guru/dosen kepada muridnya, apalagi pemaksaan kehendak atas idealisme guru kepada siswanya, .......... b a h a y a ! 

Kaeadaan pendidikan saat ini yang merupakan warisan kelanjutan dari proses pendidikan Jaman Belanda dimana intuisi pendidikan menitik beratkan pada proses pengetahuan yang mengarah pada pengembangan kebendaan atau materialisme, dapat dilihat dari fenomena latar belakang bersekolah adalah untuk mempersiapkan karir, jabatan dan usaha, dapat juga dilihat dari kurikulum pendidikannya. Disamping itu kurikulum pemberdayaan sumber daya alam lebih mengarah pada proses eksploitasi yang artinya tidak jangka panjang ( globalisasi ), tidak pernah berpikir tentang proses alamiah/evolusi akan tetapi sebaliknya revolusi/instan dengan dalih semangat penyelamatan, ...... munafik"

Sisi lain dari hasil pengembangan sumber daya manusia oleh pendidikan formal sekarang adalah segala bentuk pengembangan intelektualitas pikiran yang didasari atas kurikulum artinya kurikulum tersebutlah yang membatasi pikiran para siswa, bahkan kalau saja ada salah satu siswa yang mencoba berpetualang keluar dari kurikulum dianggapnya salah malahan bisa jadi karena itu siswa tersebut dinyatakan tidak lulus alias tidak bergelar. Maka tidak sedikit para sarjana sekarang ini merupakan sarjana hasil cetakan dari guru/institut ( * cetakan ; barang terbatas ), disini muncul sebuah kebanggaan entah dari guru ataupun dari sarjana yang tercetak. Yang akan muncul pemikiran dari sarjana cetakan ini adalah sikap atau anggapan salah/keliru kalau melihat pandangan lain dari kurukulum yang pernah dipelajarinya, penggaruh kebendaan( ego;pikiran yang terbatas ) yang melekat pada kurikulum itu akan menjadi dasar menyalahkannya. Disini juga terlihat sangat kental akan konsep 'leting' yaitu leting yang lebih rendah pasti merasa bodoh dengan leting yang lebih tinggi ( *kaula-gusti), dan yang paling mengharukan adalah sikap angkuh seorang guru yang selalu merasa benar dimata siswa - siswanya.

Padepokan/ Sekehe/ Sanggar adalah lembaga( mandala ) dimana tercipta sebuah kelompok yang bersepakat untuk menjunjung tinggi idealisme sejatiNya ( Satwam,Ciwam,Sundaram ). Berlandaskan  atas mahardika ; proses pengetahuan yang berdasar atas petualangan intelktualitas yang tak terbatas ( CiwaBudaYa ), petitis ; bebas menentukan titik konsentrasi atas pencapaian ketuhanan( Sampradaya, Sidanta), digjaya lango; merasakan betul arti sebuah rasa keindahan yang menjadi dasar pencapain nilai ketuhanan. Seorang guru padepokan hanya melakukan pengawasan segala sikap dan tindakan sisya dengan pedoman padepokan tersebut. Segala bentuk dan warna kesarjanaan dari seorang sisya akan tercermin pada sikap sisya atas pertanyaan yang dilontarkan kepada gurunya, pertanyaan itulah menjadi dasar seorang guru padepokan tentang tingkat kedalaman kesarjanaan seorang sisya, bukan apa yang sudah diduplikasikan guru kepada siswanya.

Ada hal yang lain yang menjadi fokus kami di Padepokan Seni dan Budaya Rasmi Sancaya ini adalah cara pandang berketuhanan dari masing - masing sisya dengan pedoman Kalanguan; Nyastra,Gita dan Lila,  termasuk nantinya Yatra ( dharma, titra ). Rasa merupakan instalasi spiritual kami dalam melakukan proses belajar, Weda ; Cruti-Smerti-Bagawad, Purana dan Upanisad adalah payung dan sumber inspirasi kami dalam melakukan olah rasa dan cipta, Trikaya Parisudha yang akan kami sikapkan didalam kami berkehidupan sehari - hari baik dipadepokan maupun dijero/rumah masing -masing.

Demikianlah kenapa kami menggunakan istilah padepokan/sekehe/sanggar agar kami dapat menyentuh sebuah idealisme yang sejati, sekali lagi bukan tercetak. suksma

No comments:

Post a Comment