Wednesday, August 5, 2009

THE LOST TULAMBEN


MENGUAK TABIR KEJAYAAN PEKAREMAN TULAMBEN
Karangasem adalah daerah yang mempunyai wilayah kritis dan tandus yang paling luas diBali, terutama ada di wilayah kecamatan Kubu. Ketandusan alam disini karena sebelumnya telah 5 ( lima ) kali pernah diguncang dan dikubur lava muntahan Gunung Agung,pasir bercampur batu yang dilapisi lava sehingga terlihat seperti beton yang sangat padat, dapat dibayangkan apa yang mampu tumbuh dan hidup di alam seperti ini.

Coba kita bernostalgia ke jaman sebelum muntahan lava itu menyelimuti alam itu; adalah komunitas manusia yang penuh dengan martabat dan awig yang kuat serta menjunjung tinggi sebuah peradaban yang adiluhung, komunitas yang sempurna yang mencirikan sebuah pemerintahan otonom dengan didampingi kelompok brahmana yang suci sehingga idealah komunitas itu, sehingga kejayaan desa yang tertandingi lagi.
Wajah desa penuh karisma dengan jalan lurus dari nistaning kari pura tempat para sinoman berdomisili terus ke madyaning karipura sebagai batas mandalaning Kahyangan Desa serta domisili para Pasek dan Kubayan, yang paling atas dan ujung adalah utamaning karipura tempat para Brahmana suci serta domisili para Penyarikan dan bendesa. Begitulah tatanan kavling/pembagian karang/puri pada saat itu yang penuh dengan idealisme dan kepatuhan dari kasinoman.Saat itu pula mereka sudah tidak lagi mengagung - agungkan sebuah kemunafikan trah /kawitan, karena mereka saat itu sudah melaju dengan landasan spiritual yang ideal yaitu menyatukan diri diatas perbedaan dengan menjunjung tinggi profesionalisme sejati yang berlandaskan atas swadarma. Sehingga sangat sulit akan ditemukan trah kawitan melainkan yang ada adalah ' TRAH TULAMBEN ".

Penentuan Desa oleh sesepuh dan pada jamannya sudah mencirikan dan mencerminkan betapa tingginya supremasi idealisme tatwam siwam sundaram, nyegara gunung sudah letak desa, apalagi yang dituju selain tempat yang dilindungi oleh mahameru / giri dan bermuarakan laut / segara sebagai kekayaan alam yang tiada habis - habisnya dan tak terbatas. Keindahan alamnya sudah melukiskan sebuah pemandangan alam yang penuh dengan intuisi seni hamparan dan perpaduan guratan tebing penuh duri kaktus yang menggambarkan alam penuh arti dan noktah.
Angin yang berhembus dari pantai menuju gunung tak terhalang, sehingga kandungan oksigen yang berhembus mampu menghempas segala noda virus yang sedianya akan menjadi penyakit didesa itu, hilang dan kembali dengan udara bersih tak terhalang.

Waktu begitu seakan - akan panjang karena pagi begitu lama oleh munculnya surya yang tak terhalang, begitupula sirnanya Sang Surya juga sangat lama karena tak terhalangi oleh bukit dan gunung. Lamanya hari - hari itu membuat komunitas itu jauh lebih dapat memamfaatkan potensi lebih banyak sehingga kemakmuran desa tak terbendung.
Begitulah kejayaan dan kemakmuran Desa Tulamben pada jamannya.

Sekarang kita hanya dapat melihat kejayaan itu dengan perasaan pilu dan tersayat, karena desa itu tertinggal puing - puing saja, ibarat hutan yang tandus, laut yang kering, pertanian yang tak berumbi, kebun tak berbuah ...tak berpenghuni.

Namun beberapa komunitas dijaman ini merasakan kerinduan dengan kejayaan Tulamben, tak berani mengakui karena tak berbukti. Ketika kawanan sedang berpindah instalasi spiritual tak ditinggalkannya, begitupula masih ada yang disimpannya. Tugas anaklah yang saat ini harus menggali simpanan itu serta mengetahui wasiat - wasiat yang ditinggalkan. Pakai hati yang tulus agar dapat bertemu leluhur yang tersisa ditanah jaya itu.

Demikianlah kami dapat menuliskan tabir kejayaan Trah Tulamben yang saat itu sudah terayomi makna bHINEKA tUNGGAL iKA.

Rahayu.

No comments:

Post a Comment