Pengetahuan spiritualitas yang berkembang diBali belum banyak memahami dari mana sumbernya, siapa yang mewarisinya, apalagi mereka yang ada diwilayah yang sama sekali tidak faham arti hidup sesungguhnya, mereka selalu melakukan aktifitas hidup yang berdasar atas apa yang dilakukan orang tuanya tanpa peduli makna dan filosofinya. Bila mana perlu mereka akan selalu mengatakan salah kepada orang yang dilihat tidak sama dengan apa yang dilakukuan olehnya. Bukan karena mereka kekurangan ataupun tidak punya apa-apa, bahkan justru ada dari mereka yang mempunyai harta yang berlebihan. Adapun mereka melakukan tata keagamaan justru dengan baik dilihat dari wujud pelaksanaan upakara dan upacara, tanpa harus melakukan penyesuaian jaman, begitu terus menerus dari jaman kejaman.
Sekelompok orang intelek/terpelajar malah melakukan aktifitas keagamaan karena hanya didasari oleh pengetahuan saja tanpa menoleh sosial kultur malah sebaliknya,dimana berbanding terbalik dengan orang yang diatas, dengan alasan sesuai dengan inti sari agama( Veda ).
Kedua fenomena diatas menunjukan betapa goyahnya sipitualitas Bali, tidak adanya hubungan yang jelas antar kedua kelompok tersebut, bahkan terlihat saling untuk menjatuhkan. Padahal kalau mereka mau berkomunikasi akan terjalin hubungan yang saling menyempurnakan.
Disinilah kajian kami tentang spiritualitas Bali yang sudah memudar akan sistem 'guron aguron antar sisya nabe', artinya pola pendidikan spritualitas di Bali sudah sangat tidak bersumber pada ajaran yang ada di tutur Sang Hyang Aji Saraswati yaitu belajar yang selalu hendaknya didampingi oleh seorang guru/nabe, dan dilakukan disebuah tempat yang unsur spirit dan lingkungan yang suci. Guru/nabepun merupakan seorang Brahmana sejati yang dapat dilihat dari cara berbicara, pola fikir dan sikap pelaksanaan sehari-hari yang menunjukkan seorang Brahmana yang sesuai dengan swadarmaning brahmana. Liarnya sekelompok orang yang mempelajari pengetahuan tanpa didampingi seorang guru/nabe yang belum menunjukkan kebrahmananya dikarenakan pengaruh sistem pendidikan modern yang ada saat ini yaitu predikat yang diperoleh atas dasar kebendaan/pamrih bukan proses kebrahmanan tetapi dibuat predikat brahmana dengan belajar singkat dan dilegitimasi oleh upacara tertentu dengan mengenyampingkan sikap asli seorang brahmana.
Bali sesungguhnya merupakan daerah yang penuh dengan spirit dan kesucian, dari jaman sebelum masehipun sudah banyak brahmana yang datang keBali untuk melaksanakan proses spiritualitas, bahkan diteruskan kedaerah lain seperti Jawa dan Lombok. Kemasyuran Kerajaan diJawa yang sesungguhnya pula berleluhur diBali merupakan bukti nyata Bali menjadi inspirasi spritualitas, yaitu pada Jaman Sailendra terbangun instalasi spiritual yang maha agung di Pulau Jawa yaitu Prambanan dan Borobudur yakni sebuah penyatuan peradaban ciwaistis dan budisme yang hidup secara damai. Pada jaman inilah kesempurnaan hidup dapat tercapai ( moksartham jagadhita ya caiti dharma ), bagaikan sorga yang pindah kebuni ini.
Setelah kedatangan kelompok orang yang mengatasnamakan bahwa yang berbeda 'salah', mulailah sorga ini lenyap dari bumi ini, keserakahan-kemunafikan-kesombongan memainkan perannya dibumi ini, sehingga mereka kembali lagi ketanah suci di Pulau Bali dengan membawa wujud instalasi spiritual juga. Sekembalinya kelompok kecil spiritual ini keBali juga sempat menjadikan bali yang masyur dan sejahtera dengan tetap membangun konsep kebersamaan diantara perbedaan ( anunggalaken siwa buda ). Kemudian datang lagi kelompok yang mengadudomba diBali (penjajah ), mereka berhasil hanya dengan mengadudomba bisa menghancurkan Bali kemudian kita warisi sampai sekarang perpecahan itu, maka tidak pernah diantara kita terjalin komunikasi yang baik sampai saat ini, dibali masih sangat banyak kelompok yang mengalergikan kelompok lain sehingga selalu terjadi perselisihan dan pertengkaran. b a h a ya !
Kesimpulannya adalah marilah kita diantara penganut faham spiritualitas apapun harus tetap berdasarkan prinsip dasar filosofi Dharma(weda), yaitu bersikap saling menghormati antar sesama, menjaga dan melestarikan alam ini beserta isinya, melaksanakan kewajiban sesuai dengan swadarma dan selalu berfikir yang intelek/terpelajar sehingga terwujud sikap perilaku yang mulya yaitu yang sesuai dengan dharma. Semoga nantinya akan pengaruh karma baik diatas karma buruk akan menghasilkan sebuah hasil yaitu rejeki dan kesehatan yang sesuai dengan kewajiban kita.
Semoga kebaikan datang dari segala penjuru...
Bali Dharma Raksaka
ReplyDelete