Wednesday, April 29, 2009
KENAPA PENYAKIT BINATANG DAPAT MENULAR KEMANUSIA
Tuesday, April 28, 2009
Babi Guling VS Flu Babi
Sunday, April 26, 2009
RASA HIDUP - MARTABAT
Monday, April 20, 2009
FENOMENA USAHA DAGANG BANTEN UPAKARA
Secara umum tujuan agama hindu yaitu untuk mencapai kebahagian rohani dan kesejahteraan jasmani ( moksartham jagadhita ya ca iti dharma), pelaksanaan realitas agama hindu dibali diwujudkan dengan mempersembahkan banten upakara. Banten Upakara adalah sebuah wujud persembahan, yang bertujuan agar terjadi keharmonisan antar manusia sebagai pemberi persembahan kepada yang dipersembahkan. Didalam ajaran agama hindu ada 5(panca) wujud persembahan yakni :
- Dewa
- Rshi
- Pitara
- Manusa
- Butha
kelima persembahan/srada tersebut didalam pelaksanaanya menjadi sebuah yajnya, maka selanjutnya dinamakan panca yajnya, karena sesuai dengan dasar kepercayaan/keyakinan umat hindu (srada) yaitu Kepercayaan terhadap Tuhan, Atman,Karma phala,Punarbawa dan Moksa.
Disamping menjadi tujuan yang suci dan mulya itu juga tersirat wujud aplikasi yoga yang dalam hal ini meditasi budaya ( culture meditation) disamping juga pengetahuan yoga lainnya. Dapat tercermin pada saat orang membuat banten selalu ada pada kestabilan jiwa dan raga sampai pada puncak acara yajnya dilaksanakan.
Sekarang ini dengan adanya usaha dagang banten upakara, . . . . apa yang bisa diharapkan dari hal tersebut diatas, seakan - akan ada upaya pelaksanaan yajnya tersebut sebagai wujud visual / festifal saja, karena kekurangan pemaknaan atas pembuatan banten dan pelaksanaan yajnya tersebut. Apalagi ada yang melaksanakan yajnya dengan keterpaksaan, sangat jelaslah pelaksanaan yajnya itu sama sekali tidak mengandung makna.
Siapa yang memulai ? . . . entahlah dengan tidak menyinggung siapa - siapa, apakah manusia saat ini tidak bisa membuat, tidak ada waktu atau memang malas membuat dan melakukannya. Apakah seoarang Tapini tidak pernah dilahirkan lagi, pengetahuan upakara tidak lagi boleh dipelajari atau ada jenis monopoli baru dibidang usaha dagang banten ?
Wujud persembahan upacara yajnya yang saat ini sedang diminati pelaksanaanya sangat memungkinkan untuk terjadinya prospek/peluang itu, sekali lagi memang perlukah diZaman ini dilakukan dengan besar - besaran ( puspam, toyam, gandam ), dimanalagi mencari visi agama hindu yang bijak dan saratbentuk bhakti yang lain, apakah bentuk bhakti yang lain juga tidak boleh ?. . . . . bagaimana juga dengan Yuga/zaman dan penyesuaian pelaksanaan bhakti ? harus diingat sekarang zaman kali ( kali yuga ), bentuk bhakti apa yang sesuai dengan zaman ini . . . tidakkah ada yang paling sederhana dilakukan. . . yaitu dengan menyebut nama suci beliau Tuhan ( vasundevam kuthumbakham ).
Semoga ada mamfaatnya . . .
Sunday, April 19, 2009
BALI DIANTARA PRAMBANAN DAN BOROBUDUR
Pengetahuan spiritualitas yang berkembang diBali belum banyak memahami dari mana sumbernya, siapa yang mewarisinya, apalagi mereka yang ada diwilayah yang sama sekali tidak faham arti hidup sesungguhnya, mereka selalu melakukan aktifitas hidup yang berdasar atas apa yang dilakukan orang tuanya tanpa peduli makna dan filosofinya. Bila mana perlu mereka akan selalu mengatakan salah kepada orang yang dilihat tidak sama dengan apa yang dilakukuan olehnya. Bukan karena mereka kekurangan ataupun tidak punya apa-apa, bahkan justru ada dari mereka yang mempunyai harta yang berlebihan. Adapun mereka melakukan tata keagamaan justru dengan baik dilihat dari wujud pelaksanaan upakara dan upacara, tanpa harus melakukan penyesuaian jaman, begitu terus menerus dari jaman kejaman.
Sekelompok orang intelek/terpelajar malah melakukan aktifitas keagamaan karena hanya didasari oleh pengetahuan saja tanpa menoleh sosial kultur malah sebaliknya,dimana berbanding terbalik dengan orang yang diatas, dengan alasan sesuai dengan inti sari agama( Veda ).
Kedua fenomena diatas menunjukan betapa goyahnya sipitualitas Bali, tidak adanya hubungan yang jelas antar kedua kelompok tersebut, bahkan terlihat saling untuk menjatuhkan. Padahal kalau mereka mau berkomunikasi akan terjalin hubungan yang saling menyempurnakan.
Disinilah kajian kami tentang spiritualitas Bali yang sudah memudar akan sistem 'guron aguron antar sisya nabe', artinya pola pendidikan spritualitas di Bali sudah sangat tidak bersumber pada ajaran yang ada di tutur Sang Hyang Aji Saraswati yaitu belajar yang selalu hendaknya didampingi oleh seorang guru/nabe, dan dilakukan disebuah tempat yang unsur spirit dan lingkungan yang suci. Guru/nabepun merupakan seorang Brahmana sejati yang dapat dilihat dari cara berbicara, pola fikir dan sikap pelaksanaan sehari-hari yang menunjukkan seorang Brahmana yang sesuai dengan swadarmaning brahmana. Liarnya sekelompok orang yang mempelajari pengetahuan tanpa didampingi seorang guru/nabe yang belum menunjukkan kebrahmananya dikarenakan pengaruh sistem pendidikan modern yang ada saat ini yaitu predikat yang diperoleh atas dasar kebendaan/pamrih bukan proses kebrahmanan tetapi dibuat predikat brahmana dengan belajar singkat dan dilegitimasi oleh upacara tertentu dengan mengenyampingkan sikap asli seorang brahmana.
Bali sesungguhnya merupakan daerah yang penuh dengan spirit dan kesucian, dari jaman sebelum masehipun sudah banyak brahmana yang datang keBali untuk melaksanakan proses spiritualitas, bahkan diteruskan kedaerah lain seperti Jawa dan Lombok. Kemasyuran Kerajaan diJawa yang sesungguhnya pula berleluhur diBali merupakan bukti nyata Bali menjadi inspirasi spritualitas, yaitu pada Jaman Sailendra terbangun instalasi spiritual yang maha agung di Pulau Jawa yaitu Prambanan dan Borobudur yakni sebuah penyatuan peradaban ciwaistis dan budisme yang hidup secara damai. Pada jaman inilah kesempurnaan hidup dapat tercapai ( moksartham jagadhita ya caiti dharma ), bagaikan sorga yang pindah kebuni ini.
Setelah kedatangan kelompok orang yang mengatasnamakan bahwa yang berbeda 'salah', mulailah sorga ini lenyap dari bumi ini, keserakahan-kemunafikan-kesombongan memainkan perannya dibumi ini, sehingga mereka kembali lagi ketanah suci di Pulau Bali dengan membawa wujud instalasi spiritual juga. Sekembalinya kelompok kecil spiritual ini keBali juga sempat menjadikan bali yang masyur dan sejahtera dengan tetap membangun konsep kebersamaan diantara perbedaan ( anunggalaken siwa buda ). Kemudian datang lagi kelompok yang mengadudomba diBali (penjajah ), mereka berhasil hanya dengan mengadudomba bisa menghancurkan Bali kemudian kita warisi sampai sekarang perpecahan itu, maka tidak pernah diantara kita terjalin komunikasi yang baik sampai saat ini, dibali masih sangat banyak kelompok yang mengalergikan kelompok lain sehingga selalu terjadi perselisihan dan pertengkaran. b a h a ya !
Kesimpulannya adalah marilah kita diantara penganut faham spiritualitas apapun harus tetap berdasarkan prinsip dasar filosofi Dharma(weda), yaitu bersikap saling menghormati antar sesama, menjaga dan melestarikan alam ini beserta isinya, melaksanakan kewajiban sesuai dengan swadarma dan selalu berfikir yang intelek/terpelajar sehingga terwujud sikap perilaku yang mulya yaitu yang sesuai dengan dharma. Semoga nantinya akan pengaruh karma baik diatas karma buruk akan menghasilkan sebuah hasil yaitu rejeki dan kesehatan yang sesuai dengan kewajiban kita.
Semoga kebaikan datang dari segala penjuru...
Saturday, April 18, 2009
SAPTA KANDA PAT
- Kanda Pat Bhuta
- Kanda Pat Rare
- Kanda Pat Nyama
- Kanda Pat Dewa
- Kanda Pat Subiksa
- Kanda Pat Sari
- Kanda Pat Moksa
inilah tutur seorang Pinisepuh/Maha Guru Darma Murti Bali I Dewa Made Sudewa,SE
Rahayu,rahayu,rahayu
Friday, April 10, 2009
PADEPOKAN bukan SEKOLAH
RASMI SANCAYA adalah berlembaga( mandala ) Padepokan/Sekehe/Sanggar bukan mengikuti istilah sekarang yakni sekolah/universitas/institut, kami bukan bermaksud membedakan arti kata yang terkandung pada kedua istilah tersebut diatas, tetapi pemaknaan atas situasi dan cara pandang proses belajar mengajar yang dilakukannya. mungkin kami agak katrok/purba dalam menggunakan istilah tersebut karena nantinya pemaknaan dan proses belajar mengajar yang kami akan laksanakan lebih banyak pada proses petualangan intelektualitas bukan duplikasi pengetahuan dari seorang guru/dosen kepada muridnya, apalagi pemaksaan kehendak atas idealisme guru kepada siswanya, .......... b a h a y a !
Kaeadaan pendidikan saat ini yang merupakan warisan kelanjutan dari proses pendidikan Jaman Belanda dimana intuisi pendidikan menitik beratkan pada proses pengetahuan yang mengarah pada pengembangan kebendaan atau materialisme, dapat dilihat dari fenomena latar belakang bersekolah adalah untuk mempersiapkan karir, jabatan dan usaha, dapat juga dilihat dari kurikulum pendidikannya. Disamping itu kurikulum pemberdayaan sumber daya alam lebih mengarah pada proses eksploitasi yang artinya tidak jangka panjang ( globalisasi ), tidak pernah berpikir tentang proses alamiah/evolusi akan tetapi sebaliknya revolusi/instan dengan dalih semangat penyelamatan, ...... munafik"
Sisi lain dari hasil pengembangan sumber daya manusia oleh pendidikan formal sekarang adalah segala bentuk pengembangan intelektualitas pikiran yang didasari atas kurikulum artinya kurikulum tersebutlah yang membatasi pikiran para siswa, bahkan kalau saja ada salah satu siswa yang mencoba berpetualang keluar dari kurikulum dianggapnya salah malahan bisa jadi karena itu siswa tersebut dinyatakan tidak lulus alias tidak bergelar. Maka tidak sedikit para sarjana sekarang ini merupakan sarjana hasil cetakan dari guru/institut ( * cetakan ; barang terbatas ), disini muncul sebuah kebanggaan entah dari guru ataupun dari sarjana yang tercetak. Yang akan muncul pemikiran dari sarjana cetakan ini adalah sikap atau anggapan salah/keliru kalau melihat pandangan lain dari kurukulum yang pernah dipelajarinya, penggaruh kebendaan( ego;pikiran yang terbatas ) yang melekat pada kurikulum itu akan menjadi dasar menyalahkannya. Disini juga terlihat sangat kental akan konsep 'leting' yaitu leting yang lebih rendah pasti merasa bodoh dengan leting yang lebih tinggi ( *kaula-gusti), dan yang paling mengharukan adalah sikap angkuh seorang guru yang selalu merasa benar dimata siswa - siswanya.
Padepokan/ Sekehe/ Sanggar adalah lembaga( mandala ) dimana tercipta sebuah kelompok yang bersepakat untuk menjunjung tinggi idealisme sejatiNya ( Satwam,Ciwam,Sundaram ). Berlandaskan atas mahardika ; proses pengetahuan yang berdasar atas petualangan intelktualitas yang tak terbatas ( CiwaBudaYa ), petitis ; bebas menentukan titik konsentrasi atas pencapaian ketuhanan( Sampradaya, Sidanta), digjaya lango; merasakan betul arti sebuah rasa keindahan yang menjadi dasar pencapain nilai ketuhanan. Seorang guru padepokan hanya melakukan pengawasan segala sikap dan tindakan sisya dengan pedoman padepokan tersebut. Segala bentuk dan warna kesarjanaan dari seorang sisya akan tercermin pada sikap sisya atas pertanyaan yang dilontarkan kepada gurunya, pertanyaan itulah menjadi dasar seorang guru padepokan tentang tingkat kedalaman kesarjanaan seorang sisya, bukan apa yang sudah diduplikasikan guru kepada siswanya.
Ada hal yang lain yang menjadi fokus kami di Padepokan Seni dan Budaya Rasmi Sancaya ini adalah cara pandang berketuhanan dari masing - masing sisya dengan pedoman Kalanguan; Nyastra,Gita dan Lila, termasuk nantinya Yatra ( dharma, titra ). Rasa merupakan instalasi spiritual kami dalam melakukan proses belajar, Weda ; Cruti-Smerti-Bagawad, Purana dan Upanisad adalah payung dan sumber inspirasi kami dalam melakukan olah rasa dan cipta, Trikaya Parisudha yang akan kami sikapkan didalam kami berkehidupan sehari - hari baik dipadepokan maupun dijero/rumah masing -masing.
Demikianlah kenapa kami menggunakan istilah padepokan/sekehe/sanggar agar kami dapat menyentuh sebuah idealisme yang sejati, sekali lagi bukan tercetak. suksma