Thursday, October 1, 2009
VIHARA BLAHBATUH STANA BUDHA
Harumnya bunga tak dapat melawan arah angin
Begitu pula harumnya kayu cendana
Tetapi harumnya kebajikan dapat melawan arah angin
Harumnya nama orang baik dapat menyebar ke segenap penjuru
Vihara adalah tempat ibadah yang harus dipelihara keagungannya, oleh karena itu umat Buddha melepas sendal atau sepatu bila akan memasuki ruang vihara khususnya di ruang tempat patung Sang Buddha ditempatkan untuk dipuja dan tempat pembabaran Dhamma (Dhammasala) sebagai tanda penghormatan akan keagungan itu.
Kita mengikuti kebaktian di vihara untuk kebaikan kita sendiri karena dengan demikian kita dapat membaca paritta, berdana, melaksanakan sila, mendengarkan pembabaran Dhamma yang kesemuanya merupakan perbuatan baik dan mendorong kita untuk menjadi orang baik.
Di altar terdapat beberapa macam barang yaitu :
* Patung Sang Buddha untuk mengingatkan umat Buddha akan Guru Agung mereka
* Lilin sebagai lambang penerangan yang diajarkan oleh Sang Buddha
* Dupa sebagai pengharum ruangan yang melambangkan keharuman nama seseorang
agung yang memancar ke seluruh penjuru
* Bunga yang indah sebagai penghormatan yang tulus kepada Sang Buddha dan
melambangkan bahwa segala sesuatu akan berubah sebagaimana bunga yang indah
itupun pada suatu saat akan layu
* Air sebagai lambang kesucian yang membersihkan noda-noda
Kami dari Asram Bundaram mengikuti kegiatan Agni Hotra di Vihara Blahbatuh ini atas prakarsa Pendeta Eka dan Bunda R.A.M .
semoga apa yang dikehendaki mendapatkan restu dari Sang Budha
Om Namo Budaya
Tuesday, September 29, 2009
PERJALANAN SPIRITUAL NUSANTARA SUJUD BHAKTI DI PULAU MENJANGAN
Om, awignam astu ya nama sidham, rahayu rahayu, rahayu .
Sudah sekian lama Aku tunggu ; ...... Sinar suci dan cahaya Bathara Wisnu telah mengantarkan kami ke tanah ini !
” Jangan sombong, angkuh dan berusalaha rendah diri!”
Erbagai diskusi tentang tanah nusantara telah kita dapat ikuti bersama, berbagai indikator nusantara juga telah kita lihat bahkan senjata dan panji – panji nusantara telah dikumpulkan, namun sampai saat ini tidak kunjung tiba arah dan kepastiannya.
GAJAH MADA... orang hanya bisa menyebut nama dan mencari kesalahannya, kelemahannya bahkan memunafikinya.
Keinginan hati seorang pemikir dan Maha Patih Gajah Mada dengan Sumpah Amukti Palapa memang terdengar cukup mencenganngkan, apalagi keturunan ksatria yang pernah diperintah untuk menundukkan wilayah tertentu sudah pasti dapat meraskan betapa agung dan wibawanya seorang Maha Patih.
Namun tak ada seorangpun yang tahu siapa dan darimana beliau dan asal usulnya. Sejarah demu sejarah telah dilalui sampai saat ini, tak satupun penulis mampu menuliskan asal usul Maha Patih Gajah Mada.
Keberanian kami melakukan perjalanan dan mencoba menguak tabir Maha Patih Gajah Mada merupakan sebuah untaian perjalanan spiritual nusantara saja, karena keberadaan Majapahit sendiri merupakan kelanjutan dari perjalanan sejarah Padjajaran yang sedang kami turuti.
Kemahakuasaan Bathara Wisnu sendiri didalam melahirkan taksu awatara pada jaman dan sejarah tertentu juga sangat pingit dan penuh rahasya, apalagi yang hanya belajar agama sebatas teologi saja, tak akan tersentuh pada penggalian spiritual kesejarahan ( purana ).
Sejarah Bathara Wisnu sebagai leluhur umat manusia yang ke 5 ( limat ) setelah Bathara Cikal, Sanghyang Wenang, Batara Ciwa dan Bathara Brahma maka sebagai leluhur sangat wajarlah beliau mengeluarkan taksu baru ( awatara ) pada jaman Majapahit dengan melahirkan Seorang Ksatria Gajah Mada.
IDA BATHARA WISNU
” tidak ada yang sadar diri akan kesalahannya, setelah memperoleh anugerah yang berlimpah tidak ingat pada sesama dan saling membantu”
Sejarah membuktikan tak pernah sekalipun Majapahit ingin menyerang Padjajaran, kerena memang Padjajaran adalah leluhur Gajah Mada, sangat mustahil dan tidak terhormatlah beliau kalau menyerang Padjajaran.
Sampai akhirnya Kerajaan Majapahit runtuh terkoyak oleh ulahnya sendiri, maka keberadaan dan kejayaan Gajah Mada pun ikut lenyap ditelan bumi / kembali kepangkuan Pertiwi dan kembali ke Angga Wisnu yang akhirnya menjadi Sanghyang Wisnu Murti yang bertugas melenyapkan manusia yang momo angkara serta mengumpulkan kekayaan yang berlebihan tanpa merasakan penderitaan orang lain.
Dijaman Kaliyuga dan tak beraturan ini melalui seorang penekun dan penggali spiritual di Singaraja yaitu Ratu Prabhu dan Ibu Ratu sesuai dengan petunjuk dan wangsit yang diperoleh melakukan penjemputan kembali Arca serta aksu Gajah Mada kembali ke Tanah yang penuh kesucian dan Para Dewata tepatnya di Pulau Menjangan ( Singaraja Barat ) .
Di pulau di ujung kepala burung pulau bali inilah di prabukan arca serta pralingga Ida Bathara Dalem Lingsir Gajah Mada,
Disinipula distanakan beberapa yang berhubungan dengan beliau seperti :
1. Pura Taman Klenting Sari
2. Pesraman Agung Brahma Ireng Ratu Agung Patih Kebo Iwa
3. Linggih Dewi Kwam Im
4. Linggih Betara Dalem Lingsir Gajah Mada
WEJANGAN BETARA DALEM LINGSIR GAJAH MADA ;
” Jangan takut menginjakkan kaki, sekalipun itu berduri . . . berani dengan langkah yang salah sekalipun, karena kebenaran itu walaupun berdarah sekalipun harus dijalani . . . kebencian para penghianat akan membuat cahaya terang yang cerah kepadaku.
” Kesalahan tinggal kesalahan . . . karena Aku menoreh kesalahan,
Putra Padjajaran belum saatnya meneteskan darah, , , Berjalanlah diatas keangkuhan, karena para Radja saat ini mampu memerdekakan, tetapi tidak mampu membuat kemakmuran malahan membuat penderitaan. . .
Merdeka tinggal merdeka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ”
” Mintalah maaf jika kau menginjakkan kaki di bumi yang kau pinjam ini . . bersujudlah!
”Tunjukkanlah kebenaran! Hanya penghianat yang akan meneteskan darahnya di bumi pertiwi ini .
GAJAH MADA SAAT INI
Gajah identik dengan besar ; tidak bisa berbuat sesuatu’
Yang tersisa hanyalah gading sebagai pancaran kebenaran
Madha adalah kekuatan dari sinar ( aku ) kekuatan ga’ib dari cahaya
Siapapun yang kotor tidak akan mampu dan bisa berdiri dihadapan Gajah Mada. . . janganlah belajar dari sejarah yang salah karena leluhur akan mencabut janjinyadan menghentikannya untuk mendamaikan bumi ini. . .
Gajah Mada mengelilingi dunianya . . .
Gajah Mada tidak jauh dari idealisme dan penggali persatuan nusantara ’ ’ ’
Shanti, Maha Patih untuk Nusantara
PETI TENGET PROPERTY - ROYALTY - PROSPIORITY
PETI TENGET adalah sebuah kawan pantai laut barat Pulau Bali, dengan Kerobokan menjadi wilayah penggenggamnya, Kerobokan dengan monumen pertama kali leluhur menginjakkan kaki di Pulau Bali dengan mengobok pantai laut barat Bali, kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur. Perjalanan spiritual leluhur ini dalam rangka penggalian dan penyempurnaan konsep spiritual dan ritual yang tersisih ditanah Jawa, Kenapa Bali dipilih karena Bali pada saat itu memang sangat memungkinkan karena area yang berbukit tebing dan hamparan pantai sangat cocok untuk melakukan penggalian spiritual ( segara giri manunggal ); *baca catatan kecil kaki pulau bali.
KOnsep spiritual sangat terbalik dengan konsep materialisme, maka segala bentuk material yang terselamatkan dari pulau jawa dititip rapi ditempat ini secara niskala, agar kapan diperlukan dapat diambil sewaktu - waktu juga dengan cara niskala.
Berbagai cobaan dan rintangan memagari property, royalty dan prospiority leluhur yang tersimpan, untuk itu tempat ini sangat pingit dan magis.
Adapun tempat suci yang melengkapi Pura Peti Tenget ini adalah :
1. Pura Ayu Masceti
2. Pura Ratu Gede Sedahan Agung
3. Pura Ratu Gede Dalem Ped ( pesimpangan )
4. Pura Induk Peti Tenget ( Genah Naga Gombang, Naga Sari, Ulun Danu dsb)
Wednesday, September 23, 2009
PERJALANAN SPIRITUAL PENYAMBUTAN KEMBALINYA MAJELIS PARA DEWA KE PARAHYANGAN
PULAU LOMBOK ; LINGGIH MAJELIS BATHARA LINGSIR GUNUNG AGUNG DENGAN BETHARA LINGSIR NYOMAN RINJANI.
Berangkat dari kaki Gunung Lempuyang ( Linggih Bathara Hyang Gni Jaya ) kami dari Asrham Bunda Ram serta personil dari media dan para sisya Padepokan Rasmi sancaya menuju Pulau Lombok melalui penyeberangan Padang Bai Lembar, pada pukul 16.00. sampai di Lembar pukul 20.30.
Tiba di Kota Mataram kami disambut dengan pengelukatan gumi ( hujan ), astungkara betara lingsir Gunung Rinjani atas limpahannya.
Pukul 05.00 kembali bergegas akan melakukan persembahyangan bersama, ketika itu kita rasakan lintasa gema alam sebagai ciri Betara kembali ke parahyangan, dengan guncangan ekor naga kendaraan Betara ( gempa 5.4 s.rht ).
Persiapan sebelum menuju linggih Betara Lingsir Gunung Agung di Gunung Sari yaitu
Permohonan ijin awal di Pura Jagatnatha Mayure,disini ijin yang diberikan dengan isyarat yang sama yaitu kibasan ekor naga sebagai pertanda ijin diberikan untuk melanjutkan program berikutnya.
Menyucikan diri di Pura Narmada; penyucian diri di pura ini menggunakan konsep anugrah Maha Wisnu sebagai awatara Dewi Gangga yang langsung memberikan penyucian kepada para bhakta dengan cara ;
- Meraup dari dagu ke kepala 3 Kali
- Tepuk air 3X, telunjuk ketelinga kanan
- Tepuk air 3X, telunjuk ketelinga kiri
- Tepuk air 3X, Tepuk dada 3X dengan mengucap permohonan pada Dewio Gangga
- Teguk air 3X
- Medanapunia seiklasnya.
Melukat di Pura Suranadi ; Pengelukatan dipura Suranadi langsung membasuh diri di kolam suci yang airnya langsung turun dari Gunung Rinjani. gerrrrrrrrrrrrrrr dinggggggggggggggin sekali ( air suci belum ada manusia yang menjamah di luhur gunung rinjani ), tetapi setelah mohon ijin pengelukatan, rasa airnya langsung lebih hangat dan seger, astungkara.
Di Pura Suranadi / Tirtha Suranadi terdiri dari :
1. Tirta Pebersihan
2. Tirta Pengelukatan
3. Tirta Pengening
4. Tirta Pengentas
5. Tirta penembak
Di Pura Suranadi kita sembahyang dengan memohon anugrah nadi alam semesta ( hutan belantara suranadi )penjaga utama berbentuk babi hutan yang putih, wanara coklat dan binatang lainnya yang enggan diusik manusia, sebagai wujud protes seakan jagalah hutan ini.
Menuju Tatar Gunung Sari sebagai linggih Betara Lingsir Gunung Agung ; disini kita menghadap sujud bhakti di kaki betara pada jam 24.00 malam, berbagai macam petuah, pewecana serta ceciri yang dilimpahkan pada kita, khususnya pengetahuan penyatuan Ciwa Budha / Purusa Pradana / Giri Seagara / Tegeh endep / Luhur Dasar / Ang - Ah .
karena memang benar di Pura Gunung Sari ini saja yang ada hanya pelinggih Luhur dan Pelinggih Dasar Buana yang sangat dalam ( 5 m kedalam tanah ) dengan penjaga utama Naga Antaboga yang kuning keemas-emasan serta serdadu Buaya putih, Kodok dan kura - kura sebagai penjaga 3 telaga tirta yaitu (tirta besukih di selatan, tirta banyuurip di utara, tirta mas di barat )
Di Madyaning mandala ada Taman sari yang sangat asri, dikelilingi dengan arca widyadara widyadari yang ada di swarga loka, juga dipimpin oleh seorang Ida Betara Gede Balian yang berlakon sebagai pengamanan dan pengayoman umat akan bencana dan bahaya.
Di Tatar Gunung Sari ini juga kita melakukan meditasi surya raditya dengan memakai bentuk "keong " yang berarti jembatan spiritual secara niskala, jembatan spirit dar dasar menuju luhur akasa.( bisa dilihat pada www.suryaradite.blogspot.com )
Pura Lingsar Bebengan ( Tanjung ) lombok utara
disini kita melakukan persembahyangan bersama serta pengobatan massal, karena memang didaerah ini pengertian dan pelaksanaan keagamaan masih perlu penyempurnaan.
Pura Medana ( Makam Papuk Medana )
" Darma Sunya " kidung rasmisancaya, inilah yang patut didengungkan di tempat ini, penekun dan pelanjut generasi waktu telu bersemayam ditempat ini, tempat yang tinggi menjorok ke laut ( uluwatu Bali ) sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang empu kayogiswara Papuk Medana / Raden Wira Jaya , sesuai cerita sesepuh ditempat Sang Papuk dikejar - kejar kelompok perongrong spiritual karena berani mengajarkan pengetahuan spiritualitas didaerah ini, sampai - sampai anak kandung yang bernama dende intan komala sari pun ikut menjadi korban. Disini kita menyanyikan lagu "bengawan solo " sebagai kenangan sang anak yang ikut berkorban demi perjuangan spiritualitas, sambil beberapa sahabat menangis tersedu - sedu sebagai ciri pertemuan mistis dari para penganut spritualitas.
Pura Batu Bolong Sengigi;
Dipura ini kita melakukan persembahyangan bersama sebagai persimpangan beberapa Betara yang ada di tanah Bali seperti Ida Betara Ratu Gede Mas Mecaling dan Ida Ratu Gede Balian di Nusa Ped, Ida Betara Gunung Lempuyang dsb. Juga sebagai tempat persinggahan Ida Pedande Sakti Wau Rawuh.
Pura LINGSAR
Dipura ini kita dapat menikmati anugrah Betara dalam bentuk aura suci dan arca-arca suci peninggalan jaman dulu sebagai bentuk spiritualitas lombok pada jamannya, pada saat itu hanya ditempat inilah wujud spiritual yang langsung merangsuk pada wujud taksu spirit sejati, sampai hadirnya seorang maha pandita Pedanda Sakti Wau Rawuh tiba di Pulau ini dengan memberikan ceramah keagaamaan dan spiritualitas.
Pura Dalem Pingit Pegesangan
Tiba dipura ini sudah malam sehingga kita melakukan boga dulu baru melakukan persembahyangan dengan dipimpin oleh seorang Pendeta Suci Ida Pedande Gede Kerta, sekaligus memberikan wejangan / darma wacana kepada kita semua.
isi dari darmawacana beliau adalah ;
1. Merupakan hal pokok bagi para pemula yang belajar ilmu pengetahuan adalah menyebut aksara suci " Om, Ongkara Ya Namah Swaha" sebagi gegemet / bahasa suci agar beliau berkenan memberi ijin atas pengetahuan yang kita pelajari tersebut.
2. Menyembah Dewi Saraswati terlebih dahulu didalam belajar ilmu keagamaan.
3. Sistem Meditasi sederhana yaitu menghirup udara yang diyakini bersemayam dewa agni dan rangsukkanlah diseluruh tubuh, kemudian keluarkan dalam bentuk udara kotor yang menjadi sisa kekotoran dalam tubuh kita.
4. Adanya oknum pendeta yang masih belum bisa membedakan warna dan kasta serta penggaruhnya pada kelompok sosial masyarakat.
5. Hubungan yang ada perjalanan niskala dan ilmu pengetahuan keagaaman ( teologi) adalah pada korelasi panca maha buta yang ada pada dasar pembentukan manusia yang ada pada ilmu keagamaan dapat dirasakan dengan ilmu keadnyananan ( niskalagama ) dan penggaruhnya pada diri sendiri.
5. Konsentrasi pikiran pada waktu persembahyangan tidak ada hubungannya dengan karma yang kita rasakan pada kehidupan sehari hari ( suka duka lara pati ) karena ini memang harus terjadi pad kehidupan ini, tetapi sembahyang juga merupakan hal yang patut dilakukan sebagai proses hidup / kewajiban.
Selanjutnya kita melakukan pengobatan massal di Pura Dalem Pingit Pegesangan, sampai jam 12.00 terus persiapan mepamit pulang keBali, sampai dipadang bai tiba pulul 18.00 terus pulang kerumah masing - masing.
Astu Tat Astu, Awignam Astu Ya Nama Swaha...
Tuesday, September 8, 2009
SANDI TUHAN PADA MIMPI
Betulkah mimpi merupakan bahasa sandi dari Tuhan yang berkehendak untuk berkomunikasi dengan manusia? Jika demikian, apakah semua mimpi memiliki makna tertentu?
Banyak ragam pandangan orang mengenai mimpi. Ada yang mengatakan mimpi itu bunga tidur, mimpi dianggap sebagai harapan yang tidak kesampaian, bahkan ada yang beranggapan bahwa mimpi tidak memiliki arti. Ada pula yang menyatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama atau jalan emas untuk memasuki dunia batin atau hati nurani kita.
Sejarah menemukan bahwa buku tafsir mimpi tertua telah ditulis tahun 1100 SM. Untungnya sebagian ilmuwan memiliki ketertarikan mengenai mimpi, sehingga antara lain berdiri Institut Carl Gustav Jung di Zurich, Swiss, yang mempelajari mimpi sehingga dapat dipahami secara ilmiah.
Menurut Wolfgang Bock, SJ, yang pernah belajar di Institut Jung tersebut, salah satu fungsi mimpi adalah mengangkat pikiran, khayalan,dan hasrat hati manusia yang dalam hidup sadar kurang diperhatikan. Karena itu, mimpi juga memiliki motif menyeimbangkan kondisi pribadi supaya kepribadian seseorang tidak tumbuh pincang.
"Suka atau tidak suka, mimpi itu mengingatkan Anda, supaya Anda mau melihat kebenaran. Kadang kebenaran itu ditayangkan dengan cara amat mengejutkan, supaya diperhatikan," tulis Bock dalam bukunya, Menafsir Mimpi, Bahasa Sandi Tuhan.
Mimpi juga menambah pengetahuan vital, agar kita dapat memperbaiki sikap terhadap seluruh kehidupan dan situasi nyata yang dihadapi, ungkap Bock lagi. Melalui mimpi, bawah sadar kita akan memainkan tugas membimbing dan merencanakan, guna memberi arah lebih baik kepada sikap dan pendirian pikiran alam sadar.
Alam pikiran sadar kita seringkali tidak mau atau tidak ingin memahami persoalan apa adanya. Namun, melalui mimpi, kemampuan kita untuk menipu diri dan berpura-pura akan dijungkir balikkan, sehingga kita dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Tepat apa yang dituliskan Pastor J. Darminta, Si, mimpi bisa mengungkapkan alam spriritual kita, kerinduan dan perjumpaan kita dengan Allah, alam kejiwaan kita dengan segala pergulatan-pergulatan hidup, serta peristiwa dan tindakan hidup kita sehari-hari.
Perlu dipahami, mimpi merupakan salah satu bentuk bahasa hidup, seperti halnya bahasa rasa, bahasa hati, bahasa budi, bahasa rohani, bahasa tubuh, dan sebagainya. Sejak zaman para nabi dulu mimpi telah diyakini sebagai salah satu cara Tuhan menyampai pesan.
Melalui mimpi, menurut Bock, Allah hendak bergaul dengan manusia dan menuangkan nilai-nilai baru, kekuatan, dan kasih sayang yang berlimpah ke dalam hati kita.
Perhatikan waktunya
Mengutip Darminta, SJ, ada tiga macam mimpi berdasarkan waktu menurut orang Jawa, yaitu:
1. Titi onyi (21.00-24.00).
Mimpi pada jam ini dapat dipahami tidak memiliki arti khusus, kecuali menunjuk pada pengaruh pengalaman hidup sebelum tidur. Biasanya isi mimpi berkaitan dengan peristiwa hidup yang terjadi sebelumnya atau sisa masalah ketika masih terjaga.
2. Gondo onyi (24.00-03.00).
Mimpi pada jam ini menunjuk pada kualitas kejiwaan kita dalam mengarungi kehidupan, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam diri kita agar diketahui, diterima, diolah. Jika diketahui sebagai gangguan hendaknya segera dapat disingkirkan, namun jika dirasakan sebagai dukungan sebaiknya diterapkan dalam kehidupan.
3. Puspa tajam (03.00-06.00).
Mimpi pada jam ini diyakini mengungkapkan adanya keterlibatan Allah, dan kita ditantang untuk mengenal suara, ajakan, dan pesan kehadiran Allah.
Mendoakan mimpi
Karena mimpi merupakan bahasa simbol dari Tuhan, saran Wolfgang Bode, sebaiknya kita meresponnya secara tepat. Caranya:
* Buat judul.
Pilih kata-kata, biarkan judul itu muncul spontan. Bila perlu, tanya mimpi itu, "Judul mana yang kau inginkan?"
* Buat tema.
Catatlah teman pokok atau masalah utama yang muncul dalam mimpi Anda. Bila mimpi Anda memuat lebih dari satu tema, urutkan tema-tema itu menurut bobot yang Anda rasakan.
* Catat perasaan.
Perasaan manakah yang paling menonjol dan kuat dorongannya dalam mimpi itu? Jika ada beberapa perasaan yang muncul berturut-turut, catatlah semuanya.
* Panjatkan doa.
Bercakaplah dengan Tuhan mengenai teman dan perasaan Anda berkaitan dengan mimpi. Mintalah jawaban dari Tuhan mengenai makna dan pesan lewat mimpi tersebut.
* Kesempatan bersemadi.
Biarkan seluruh mimpi berikut tema, perasaan, dan orang-orang yang tampak di dalam mimpi berada bersama Anda. Pilih satu kata kunci dan resapkan melalui metode mantra (kata itu dihirup bersama helaan napas).
* Buat catatan.
Catatlah apa yang Anda alami selama menggumuli mimpi itu dalam suasana doa di hadapan Tuhan. Tuliskan cepat, tanpa menilai apa yang muncul. Anda dilatih terbuka pada pola baru dalam berpikir dan bertindak, sesuai apa yang muncul.
* Tinjau kembali.
Malam hari, baca dan tinjau kembali mimpi dan doa serta sahutan Anda terhadap mimpi itu. Perhatikan bagaimana semua itu membantu Anda menemukan makna dan petunjuk arah yang termuat dalam mimpi, supaya bisa memilih dan menjalankan pola hidup Anda.
Thursday, September 3, 2009
SANGHYANG TAPAK, , RAHASYA ILAHI
PAMIANGAN PANEMBAHAN SOENDA PADJADJARAN
PAKEUN BELA BAKTI KA BANGSA MWAH NAGARA INDONESIA
Sunda teh Wiwitan mudu jadi anggeuhan pamiangan, na purbatisti purbajati i sunda sembawa sunda mandala, ning cita ning samaya nu rek nurutan inya twah nu surup ka nusalarang, pakeun heubeul jaya dina buana, pakeun nanjer na juritan, tangtuna bela bakti ka Diri Sarimbit, Kaluarga, Rakyat, Bangsa i Bhumi Pretiwi mwah Nagara Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 dening purbatisti, Pancasila dening purbajati. Purbatisti purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit, suka kretatang lor kidul kulon wetan kena kretaras. Sing para dewata kabeh pada bakti ka Batara Seda Niskala. Pahi manggihkeun si tuhu lawan pretyaksa.
Pun Sampurna ingsun abdi kaulanun i bebrayan Panembahan Soenda Padjadjaran, seja mipit amit ngala menta, nyuhun widi restu pandamping para rumuhun nu tangtu na tuturus nali ngaragasukma lelembutan dumasar ku tangtu catur darya kelima paheut : Sir na ati, budi na watek, cipta na utek, rasa na adeg, ngajadi pangadegan; nu tangtu panyca pasagi: tekad na hate, ucap na cangkem, lampah na tapak, paripolah na laku, ngajadi diri; na tangtu panggih jirim jeung jisimna : raga badag boga utek gede, raga leutik boga utek leutik, sukma badag boga panca indra, sukma leutik boga indra genep, lelembutan boga na getih; na tangtu apal asalna jisim kandung indung, yuga bapa: raga na bali mwah tali ari indung, sukma na cai tuban mwah alam kandung indung, lelembutan na yuga bapa; tinangtu panggih sajatining diri na pakem purbatisti purbajati i sunda sembawa sunda mandala.
Inyana Kaulanun …. Ning Cita Ning Samaya … Shi Punten nu Kateda Empun nu Kasun, Seja :
- Sembah Sumujud ka Gusti Sanghyang Tunggal nu nyipta waruga jagat nu ngawasa kawasana buana pancer tengah sabuder awun mwah sedaya mahluk nu karsa dicipta;
- Babakti ka para Pangagung mwah Pangluhung nu ngawasa di kawasa kersana Gusti Sanghyang Widi ngalaksana pancen pamayung agung di buana pancer tengah bangsa mwah nagara;
- Bakti tumut ka indung bapa aki nini buyut bao nu ngawasa dikawasa kersana Gusti Sanghyang Widi. ngaragasukma lelembutan jirim sajisimna;
- Parasparo pasarpana atuntunan tangan silih asih pantara ning padudulur jeung papada ning cita ning samaya mahluk nu karsa dicipta kawasana Gusti Sanghyang Widi, nu napak nekonan ngalaksana pancen di buana pancer tengah, sabuder awun.
- Ngarawat ngarumat ngaraksa alam hirup kahirupan, hutasanapah bhayu akasha teja sanghyang mahoratra saddya, sa palantara buana pancer tengah sabuder awun kersana Gusti Sanghyang Widi.
INYANA KAULANUN ... NING CITA NING SAMAYA ….
SEJA MIPIT AMIT ALA MENTA KERSANING GUSTI HYANG TUNGGAL
NYUHUN WIDI RESTU DAMPING, PARA RUMUHUN NU NGARAGASUKMA LELEMBUTAN
INI SABDAKALANDARA RAKYAN JURU PANGAMBAT
I KAWIHAJI PANYCA PASAGI MARSA NDESHA
BARPULIHKAN HAJI SUNDA
KIDUNG LUHUNG TI KARUHUN,
SASAKA PUSAKA BUHUN,
HAYU URANG PADA SUHUN,
NGALAP DANGHYANG NU RUHUN,
NUTI KULON NUTI WETAN,
KALER KIDUL SEUG PAMITAN,
HAYU URANG MARUKA WIWITAN,
KIDUNG SUNDA NUR BUATAN…
INYANA KAULANUN ... NING CITA NING SAMAYA ….
NU REK NURUTAN INYA TWAH NU SURUP KA NUSALARANG,
PAKEUN HEUBEUL JAYA DINA BUANA, PAKEUN NANJER NA JURITAN,
SEJA NGALAKSANA PURBATISTI PURBAJATI
PARA PANGAGUNG MWAH PANGLUHUNG
I SUNDA SEMBAWA SUNDA MANDALA,
SEDAYA TEKAD UCAP LAMPAH PARIPOLAH DENING SALIRA
SEJA NGALAP DANGHYANG NU RUHUN, MARUKA SASAKA PUSAKA BUHUN,
PAKENA GAWE RAHAYU, PAKENA KRETA BENER,
BHAGYA BARI PAKENA BENER, PAKEUN NANJER NAJURITAN,
SALAMET NA KRETA TUHU, PAKEUN HEUBEUL JAYA DINA BUANA.
SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU TARUSBAWA,
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN MARUKA WIWITAN SASAKA PUSAKA BUHUN
Sumpah denira Sri Maharaja Suryaman Sang Mahapurusa Bimaparakrama Hariwangsa Digwijaya Sunda Sembawa Prabu Tarumanagara ka tujuh, Sangkan Sunda Sembawa Maruka Wiwitan na Purbatisti Purbajati pakeun heubeul jaya dibuana, nanjeur na juritan, kreta na Sunda ngawasa ku trahna Sunda Sembawa. Tarumanagara sirna ing bhumi jawadwipa beh kulwan, jawadwipa beh kulwan kabeulah, nanjeur na juritan, kreta Galuh Pakuan dening Prabu Wretikandayun na puraraya Galuh Karang Kamulyaan ti citarum beh wetan, ning kreta Sunda Pakuan dening Prabu Tarusbawa na puraraya Sundapura Pandeglang, ti citarum beh kulwan.
“ini sabdakalandara rakyan juru pangambat
i kawihaji panyca pasagi marsa ndesha
barpulihkan haji sunda”
SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU SANJAYA,
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN YUDDHENIPUNA MWAH BALADHIKA NING WADYABALA
Kreta Galuh Pakuan mwah kreta Sunda Pakuan, nyahiji ku polah Raden Sanjaya, ing putra Prabu Sena trah Galuh lawan Ratu Sanaha putri Bhumi Mataram, mantu Prabu Tarusbawa, ngangaranan maneh taraju jawadwipa, lian kreta Galuh Pakuan, kreta Sunda Pakuan, mwah kreta Bhumi Mataram, alabatan ngagunamake Pustaka RatuNing Bala Sariwu. Kaampuhan na yudhakala rebut kreta Galuh Pakuan na kadatwan wus dumadi ranasabha ingga purbasora pinenjahan dening Sanjaya yudhakala. 635 Saka.
Pustaka Ratuning Bala Sariwu tetenan susunsusun Resiguru Kendan dening Rajaputra Suraliman sang yuddhenipuna mwah sang baladhika ning wadyabala ing Tarumanagara. Bihari Pustaka Ratuning Bala Sariwu, dititip rawat rumat ngarsakeun dening Resiguru Rabuyut Sawal, Gunung Sawal Seda Sakti kiwari, ku titah dening Prabu Tarusbawa, ing Tarumanagara ngajadi Sunda Pakuan.
SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU SRI JAYABHUPATI,
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN NGARAWAT NGARUMAT NGARAKSA SARAKAN
Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuana mandaleswaranindita Harogowardana Wikramo tunggadewa, Prahajyan Sunda, Magaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira.
Sumpah denira prahajyan Sunda. Lwirnya nihan.
“ … indah ta kita kamung hyang hara agasti purbbadaksina paccima uttara agniya neriti …. tabayabya aicanya urddhadah rawi shashi patala jalapawana ….. hutasanapah bhayu akasha teja sanghyang mahoratra saddya …. Yaksa raksasa pishasha preta sura garuda graham kinara mahoraga catwana … lokapala yama baruna kuwera bashawa mwang putra dewata panca kucika ….. nandishwara mahakala dunggadewi ananta surindra anakta hyang kalamrtyu gana bhuta sang prasiddha milu manarira umasuki sarwwajanma ata regnyaken iking sapatha samaya …. Sumpah pamangmang ni lebu ni paduka haji i Sunda irikita kamung hyang kabeh … pakadya umapala ikan … i sanghyang tapak ya patyanantaya …. Kamung hyang dentat patiya siwak kapalanya cucup uteknya belah dadanya inum rahnya rantan ususnya wekasaken pranantika … i sanghyang kabeh tawat hana wwang baribari shila irikang lwah i sanghyang tapak apan iwak pakan prannahnya kapangguh i sanghyang …. Maneh ka liliran pakanya katake dlaha ning dlaha …. Paduka haji i sunda …. Umade maka kadarman … ing samangkana wekawet paduka haji i sunda sanggum nti ring kulit kata kamanah ing kanang … i sanghyang tapak makatepa lwah watesnya i hulu sanghyang tapak ….. i hilir mahingan irikan …. Umpi ing wungkal gde kalih … i wruhhanta kamung hyang kabeh ….
SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU DHARMASIKSA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN PARASPARO PASARPANA
ATUNTUNAN TANGAN SILIH ASIH PANTARA NING PADUDULUR
Prabu Guru Dharmasiksa Paramarta Sang Mahapurusa Sang Prabu Sanghyang Wisnu, Ratu Sunda Pakuan Galuh Pakuan ing puraraya i Saunggalah Kuningan lantas pindah ing puraraya i Pakuan Bogor. Nalika kasumpingan incu Rakeyang Wijaya Sang Kretarajasa Jayawardhana, Prabu kreta Majapahit ing puraraya i Wilwatika Jawadwipa beh Wetan trah Kreta Singasari mwah Kreta Kediri. pitutur sangkan di pikukuh di puraraya Pakuan.
Pitutur Prabu Dharmasiksa pakeun di Pikukuh Seuweu Siwi Seke Seler i Sunda
… Hawya ta sira kedo ethawamerep ngalindih Bhumi Sunda mapan wus kinaliliran ki sanak ira dlaha yan ngku wus angemasi …. Hetunya nagaramu wus agheng jaya santosa wruh ngwang kottaman ri puyut katisayan mwang jayashatrumu, ngke pinaka mahaprabhu … ika hana ta daksina sakeng Hyang Tunggal mwang dumadi sarataya. …. Ikang sayogyanya rajya jawa lawan rajya sunda parasparo pasarpana atuntunan tangan silih asih pantara ning padudulur … Yatanyan siddha hitasukha … Yan rajya sunda dukhantara ... Wilwatikta sakopayanya maweh sharana …. Mangkana juga rajya sunda ring wilwatikta….
SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU LINGGABUANA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN JATI TEU KASILIH KU JUNTI TAN KALINDIH
Prabu Linggabuana Sang Prabu Wangi …” Sang Prabhu maharaja sunda pejah ta sira haneng bubat i wilwatikta nagara irikang kala sang prabhu maharaja kahyun ngawarangaken anak ira ya ta sang Retna Citraresmi athawa Dyah Pitaloka lawan Bhre Prabhu Wilwatikta Shri Rajasanagara ngaran ira nihan ta mulatnya. Maksud ngahiji Sunda lawan Wilwatika, ku kahyun ngawarangaken Retna Citraresmi lawan Prabu Hayam Wuruk, gagal jadi maksud ku Patih Gajah Mada i Majapait.
Sumpah denira prahajyan Sunda. Palagan Bubat … tathapyan mangkana sundhabhumi tan kalindih dening rajya wilwatikta..
SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU NISKALA WASTU KANCANA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN ACARA, ADIGAMA, GURUGAMA,
TUHAGAMA, SATMATA, SURALOKA, NIRAWERAH
Prabu Niskala Wastu Kancana Sang Praburesi Buanatunggal Dewata, ing Putra Mahkota Prabu Linggabuana, kancana putra Prabu Bunisora Sang Satmata Prabu Guru Pangadiparamarta Jayadewabrata. Mahaprabhu Niskala Wastu Kancana, nu heubeul jaya di buana pancer tengah i Sunda. Sugan aya nu rek nurutan inya twah nu surup ka nusalarang. Pakeun heubeul jaya dina buana, pakeun nanjer na juritan. Apah, teja, bayu, akasa, bug e nyurup ka pitutur hyang prabhu buanatunggal.
Pitutur Prabu Niskala Wastu Kancana, pakena gawe rahayu, pakena kreta bener
…. Nihan tapa kawali nu siya mulia tapa bhagya Prabhu Raja Wastu mangadeg di kuta kawali nu mahayu na kadatuan surawisesa nu marigi sakuliling dayeuh nu najur sagala desa aya ma nu pandeuri pakena gawe rahhayu pakeun heubeul jaya dina buana…. Aya ma nu ngeusi bhagya bari pakena kereta bener pakeun nanjer na juritan.
SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
SANGHYANG PRABU SILIWANGI SHRI BADUGA MAHARAJA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN MANGGIHKEUN SI TUHU LAWAN PRETYAKSA
….. Hana pwanung mangadegakna Pakwan Padjadjaran lawan kedatwan Sang Bima Punta Narayana Madura Suradipati ya ta sang Tarusbawa…. Hana pwa putra nira Sang Prabhu Dewa Niskala, Sang Ratu Jayadewata gumantyakna ta manira dumadi raja Sunda lawan nama sidham Shri Baduga Maharaja ing Pakwan Pajajaran Shri Ratu Dewata. Rasita lungguh criman kadatwan nira makaran Shri Bima Punta Narayana Madura Suradipati …. Raja Pajajaran winastwan ngaran Prabhuguru Dewaprana muwah winastwan ngaran Shri Baduga Maharaja Ratuhaji ing Pakwan Pajajaran Shri Sang Ratu Dewata putra ning Rahyang Dewa Niskala. Rahyang Dewa Niskala putra ning Rahyang Niskala Wastu Kancana. Rahyang Niskala Wastu Kancana putra ning Prabhu Maharaja Linggabhuanawishesa…..
Pitutur Prabu Siliwangi Shri Baduga Maharaja,
pakeun Rahayu Bagja Salamet Jaya Tri Buana
…. Wang na pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana diwastu diya dingaran shri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran shri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diya anak rahyang dewa niskala sang sidamoka di gunatiga, incu rahyang niskala wastu kancana sang sidamoka ka nusa larang, ya siya nu nyiyan sakakala gugunungan ngabalau nyiyan samidam nyiyan sanghyang talaga rena mahawijaya, ya siya pun i saka, panca pandawa mban bumi.
…. Purbatisti purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit … suka kretatang lor kidul kulon wetan kena kretaras....Sing para dewata kabeh pada bakti ka Batara Seda Niskala…Pahi manggihkeun si tuhu lawan pretyaksa….
…… Pamugi Gusti Sanghyang Widi karunya ning cita ning samaya. Sih nuhun, inyana kaulanun bebrayan panembahan soenda padjadjaran. Rahayu – rahayu – rahayu.
…… Pamugi Gusti Sanghyang Widi karunya ning cita ning samaya. Sih nuhun, teda nu di seja ampun nu di pundut. Abdi kaulanan bebrayan panembahan soenda padjadjaran.
Rahayu – rahayu – rahayu.
Sunday, August 16, 2009
MEDITASI RADITYA
Meditasi Raditya ini sudah berlangsung, dimulai dari Hari Raya Saraswati tahun 2009 ini, dilaksanakan setiap hari minggu pagi.
Raditya dalam arti arfiahnya berarti redite ( minggu / ahad ), pada hari inilah Dewa Surya akan tampil dalam kekuatan penuh serta diiringi dengan berbagai macam kekuatan, disamping itu pula pada hari ini semua mahluk dialam ini juga ikut serta menyongsong kehadiran Sang Surya, dengan dipimpin atau dituntun oleh Pinisepuh pada saat ini kita dapat juga merasakan dan mengetahui kehadiran roh/mahluk / Bhatara / leluhur yang juga hadir saat itu. Kehadiran mereka itu kadankala juga menurunkan beberapa wejangan dan tuntunan akan bagaimana semestinya menjalani hidup berkehidupan saat ini, juga diberikan gambaran bagaimana pola kehidupan jaman dulu saat beliau masih hidup, untuk itu segala konsekwensi hidup saat ini akan dapat dirasakan penuh akibat karma/pahala dari kehidupan kita dulu.Karena itu segala bentuk kekurangan pengetahuan, penyalah penafsiran serta penyelewengan hidup saat ini dapat kita ketahui saat beliau menyempatkan hadir ditengah - tengah kita.
LATAR BELAKANG RADITYA
Pada saat alam ini mulai terbentuk, semua kekuatan tidak bisa berbuat apa- apa, hanya mampu memandangi dan tidak dapat mengendalikannya. Atas seijin dan restu Yang Maha Agung akhirnya 3 ( tiga ) kekuatan yang telah diciptakannya mulai membentuk gerakan dengan melakukan fokus penciptaan pada sumber - sumber air yang ada di alam ini termasuk bumi ini, maka terbentuklah bintik - bintik kecil yang akan berkembang menjadi sebuah kehidupan dimasa yang akan datang.
Setelah selesai dalam pembentukan sel kehidupan itu maka 3 kekuatan tadi menggabungkan ( fusi ) kekuatannya menjadi satu, jadilah satu kekuatan sinar yang kuat, inilah yang dinamakan surya raditya ( Matahari ). Kekuatan Raditya inilah yang menyentuh setiap sel yang ada sehingga perkembangan atas sel tadi menjadi keluarga besar penghuni alam ini.
Untuk itu hampir semua kehidupan sangat tergantung dari energi surya ini dalam melakukan perkembangan diri.
Raditya dalam arti arfiahnya berarti redite ( minggu / ahad ), pada hari inilah Dewa Surya akan tampil dalam kekuatan penuh serta diiringi dengan berbagai macam kekuatan, disamping itu pula pada hari ini semua mahluk dialam ini juga ikut serta menyongsong kehadiran Sang Surya, dengan dipimpin atau dituntun oleh Pinisepuh pada saat ini kita dapat juga merasakan dan mengetahui kehadiran roh/mahluk / Bhatara / leluhur yang juga hadir saat itu. Kehadiran mereka itu kadankala juga menurunkan beberapa wejangan dan tuntunan akan bagaimana semestinya menjalani hidup berkehidupan saat ini, juga diberikan gambaran bagaimana pola kehidupan jaman dulu saat beliau masih hidup, untuk itu segala konsekwensi hidup saat ini akan dapat dirasakan penuh akibat karma/pahala dari kehidupan kita dulu.Karena itu segala bentuk kekurangan pengetahuan, penyalah penafsiran serta penyelewengan hidup saat ini dapat kita ketahui saat beliau menyempatkan hadir ditengah - tengah kita.
LATAR BELAKANG RADITYA
Pada saat alam ini mulai terbentuk, semua kekuatan tidak bisa berbuat apa- apa, hanya mampu memandangi dan tidak dapat mengendalikannya. Atas seijin dan restu Yang Maha Agung akhirnya 3 ( tiga ) kekuatan yang telah diciptakannya mulai membentuk gerakan dengan melakukan fokus penciptaan pada sumber - sumber air yang ada di alam ini termasuk bumi ini, maka terbentuklah bintik - bintik kecil yang akan berkembang menjadi sebuah kehidupan dimasa yang akan datang.
Setelah selesai dalam pembentukan sel kehidupan itu maka 3 kekuatan tadi menggabungkan ( fusi ) kekuatannya menjadi satu, jadilah satu kekuatan sinar yang kuat, inilah yang dinamakan surya raditya ( Matahari ). Kekuatan Raditya inilah yang menyentuh setiap sel yang ada sehingga perkembangan atas sel tadi menjadi keluarga besar penghuni alam ini.
Untuk itu hampir semua kehidupan sangat tergantung dari energi surya ini dalam melakukan perkembangan diri.
Wednesday, August 5, 2009
THE LOST TULAMBEN
MENGUAK TABIR KEJAYAAN PEKAREMAN TULAMBEN
Karangasem adalah daerah yang mempunyai wilayah kritis dan tandus yang paling luas diBali, terutama ada di wilayah kecamatan Kubu. Ketandusan alam disini karena sebelumnya telah 5 ( lima ) kali pernah diguncang dan dikubur lava muntahan Gunung Agung,pasir bercampur batu yang dilapisi lava sehingga terlihat seperti beton yang sangat padat, dapat dibayangkan apa yang mampu tumbuh dan hidup di alam seperti ini.
Coba kita bernostalgia ke jaman sebelum muntahan lava itu menyelimuti alam itu; adalah komunitas manusia yang penuh dengan martabat dan awig yang kuat serta menjunjung tinggi sebuah peradaban yang adiluhung, komunitas yang sempurna yang mencirikan sebuah pemerintahan otonom dengan didampingi kelompok brahmana yang suci sehingga idealah komunitas itu, sehingga kejayaan desa yang tertandingi lagi.
Wajah desa penuh karisma dengan jalan lurus dari nistaning kari pura tempat para sinoman berdomisili terus ke madyaning karipura sebagai batas mandalaning Kahyangan Desa serta domisili para Pasek dan Kubayan, yang paling atas dan ujung adalah utamaning karipura tempat para Brahmana suci serta domisili para Penyarikan dan bendesa. Begitulah tatanan kavling/pembagian karang/puri pada saat itu yang penuh dengan idealisme dan kepatuhan dari kasinoman.Saat itu pula mereka sudah tidak lagi mengagung - agungkan sebuah kemunafikan trah /kawitan, karena mereka saat itu sudah melaju dengan landasan spiritual yang ideal yaitu menyatukan diri diatas perbedaan dengan menjunjung tinggi profesionalisme sejati yang berlandaskan atas swadarma. Sehingga sangat sulit akan ditemukan trah kawitan melainkan yang ada adalah ' TRAH TULAMBEN ".
Penentuan Desa oleh sesepuh dan pada jamannya sudah mencirikan dan mencerminkan betapa tingginya supremasi idealisme tatwam siwam sundaram, nyegara gunung sudah letak desa, apalagi yang dituju selain tempat yang dilindungi oleh mahameru / giri dan bermuarakan laut / segara sebagai kekayaan alam yang tiada habis - habisnya dan tak terbatas. Keindahan alamnya sudah melukiskan sebuah pemandangan alam yang penuh dengan intuisi seni hamparan dan perpaduan guratan tebing penuh duri kaktus yang menggambarkan alam penuh arti dan noktah.
Angin yang berhembus dari pantai menuju gunung tak terhalang, sehingga kandungan oksigen yang berhembus mampu menghempas segala noda virus yang sedianya akan menjadi penyakit didesa itu, hilang dan kembali dengan udara bersih tak terhalang.
Waktu begitu seakan - akan panjang karena pagi begitu lama oleh munculnya surya yang tak terhalang, begitupula sirnanya Sang Surya juga sangat lama karena tak terhalangi oleh bukit dan gunung. Lamanya hari - hari itu membuat komunitas itu jauh lebih dapat memamfaatkan potensi lebih banyak sehingga kemakmuran desa tak terbendung.
Begitulah kejayaan dan kemakmuran Desa Tulamben pada jamannya.
Sekarang kita hanya dapat melihat kejayaan itu dengan perasaan pilu dan tersayat, karena desa itu tertinggal puing - puing saja, ibarat hutan yang tandus, laut yang kering, pertanian yang tak berumbi, kebun tak berbuah ...tak berpenghuni.
Namun beberapa komunitas dijaman ini merasakan kerinduan dengan kejayaan Tulamben, tak berani mengakui karena tak berbukti. Ketika kawanan sedang berpindah instalasi spiritual tak ditinggalkannya, begitupula masih ada yang disimpannya. Tugas anaklah yang saat ini harus menggali simpanan itu serta mengetahui wasiat - wasiat yang ditinggalkan. Pakai hati yang tulus agar dapat bertemu leluhur yang tersisa ditanah jaya itu.
Demikianlah kami dapat menuliskan tabir kejayaan Trah Tulamben yang saat itu sudah terayomi makna bHINEKA tUNGGAL iKA.
Rahayu.
Monday, August 3, 2009
SEMINAR SEJARAH PADJAJARAN
LAHIRNYA DEWA DAN BHATARA
Dalam buku "seminar padjajaran" hal 18 diuraiakan tentang sejarah lahirnya para Dewa dan Bhatara ;
Semoga tak terhalang.......
Pada saat itu alam ini bermuarakan air dan beberapa bebatuan, Pertama - tama oleh Sanghyang Suwung diciptakanlah 3 ( tiga ) sinar suci yang dinamakan Para Dewa, yang seyogyanya ketiga sinar ini akan mampu untuk melakukan pembenahan terhadap alam yang penuh air tersebut, maka ketiga sinar tadi sepakat untuk melempar batu kesumber air tersebut. Mata air itu bergelombang, bergemuruh, udara bergerak memutar lalu pecah sinar tadi membentuk 8 (delapan )pose / point /Penjuru, yang mengelilingi sumber air tadi. Disekitar sumber air tadi, muara itu mengering lalu kelihatan bintik - bintik kehidupan, namun belum terbentuk akan jadi apakah bintik - bintik itu, lalu ketiga sinar tadi kembali menyatu menjadi satu sinar dengan nama Ditya (Raditya).
Pada saat itu ketiga Dewa tidak sanggup untuk mengelola alam yang penuh bintik - bintik tersebut,Kepada Sanghyang Suwung ketiga dewa memohon agar dilahirkan sinar lagi, maka sanghyang Suwungpun menyetujuinya dan lahirlah sinar yang bernama " sarwit Santaya " kealam ini dengan dinobatkan menjadi " Angkuan " : ang ; Tuhan, Kuan:Bathara. Inilah yang menjadi cikal bakal Bathara didunia ini yang bernama " Bhatara Cikal ", dengan ciri utama yaitu berwarna putih, tidak memakai baju dan tidak beralas kaki. Dari sinilah muncul kemudian Para Bathara Rsi yang melakukan peafsiran - penafsiran terhadap wahyu Sanghuang Suwung itu. Inilah yang akhirnya dinamakan Bathara.
Zaman ini mulai bermunculan Para Bathara Rsi yang bertugas untuk melakukan pencatatan atas tafsir yang diwahyukan oleh Sanghyang Suwung dengan menggunakan kulit kayu sebagai dasar tulisan dan batang kayu sebagai alat tulis. Tetapi diantara Para Bathara Rsi itu ada salah satu yang terpilih karena kejujuran dan intelektualitasanya yaitu Bathara Rsi Shri Manu yaitu bertempat di Himalaya dari pendengaran utamanya.
" Aku hidup karena aku dihidupkan, tetapi sesungguhnya aku tidak dimunculkan, karena keyakinan, energi dari kaki, kaki menyentuh bumi /pertiwi, maka lahirlah Aku "
" Batharalah yang semestinya mengendalikan dan mengkreasikan segala kegiatan dialam ini, Sanghyang Suwung tidak pernah meminta tetapi Batharalah yang menghaturkan dengan tujuan keharmonisan dan keselarasan alam ini "
inilah salah satu tulisan yang muncul pertama kali oleh Shri Manu.
Setelah adanya tulisan tersebut maka secara tidak langsung Para Bathara ini berkembang menjadi :
1. Bathara Cikal
2. Bathara Patanjala
3. Bathara Wisawara
4. Bathara Wisnu
5. Bathara Brahma
6. Bathara Hyang Niskala
7. Bathara Maha Dewa
Ketujuh Bathara ini dipasupati pada hari ke-21 untuk selanjutnya dapat bekerja dengan baik.
Inilah sekelumit tentang lahirnya Para Dewa dan Para Bathara yang diambil dari sejarah "Trah Padjajaran " dengan bukti fisik di Jawa Barat ada sebuah Monumen Tugu yang dinamakan Shri Manu.
Segala hormat kami haturkan kepada Leluhur Kami yang tertua, Leluhur Padjajaran, leluhur Majapahit dan Leluhur Kediri yang saat ini ada di Pulau Bali...Rahayu.
Mohon maaf atas keterbatasan penulis untuk memaparkan yang dimaksud diatas, hanya rasa hormat dan sujuglah yang melandasi tulisan ini yang pasti banyak kekurangan, semoga teranugrahi kesempurnaan, ini saya dapatkan pada saat kami melakukan perjalanan Spiritual Nusantara dengan kawan2 dari Bali dibawah naungan Bunda Ratu Pertiwi Karangasem.
Rahayu.
Sunday, August 2, 2009
MAKNA SARASWATI 2009
CONSCIOUSNESS - KNOWLEDGE - NEEDS
KESADARAN - ILMU PENGETAHUAN - KEINGINAN
Manusia dalam menjalani kehidupan sehari - hari berbekal rasa keinginan, keinginan inilah yang mendorong manusia itu berbuat sesuatu ( latar belakang ). Keinginan manusia tak terbatas, terbebas dari ruang dan waktu keinginannya.
Didalam perkembangan sosial manusia itu terbentuklah aturan - aturan /hukum agar antar manusia tidak terjadi salah pengertian akan keinginan masing - masing, termasuk muncul filosofhy hidup yang dikembangkan agar manusia dapat mengekang segala keinginannya yang belum mampu untuk dicapai ( hukum agama ).
Kebesaran jiwa manusia tercermin pada saat manusia itu mulai faham dan mengerti tentang pengekangan keinginan karena telah belajar ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan itulah yang dapat mengendalikan segala keinginannya. Ilmu pengetauhan sendiri dipakai juga akal budi manusia didalam melakukan penggalian dan pengembangan potensi alam dan potensi manusia itu sendiri sehingga terciptalah sebual hasil cipta karsa manusia yang dikenal dengan budaya/kebudayaan. Beda potensi berbeda juga budaya yang diciptakannya, ini menandakan budaya itu sangat tergantung dari potensi/kekayaan lokal daerahnya. Semakin luas wilayah semakin beraneka ragam pulalah budaya manusia, disisi lain secara positif mengandung makna baik, artinya semakin beragamnya budaya semakin kayalah khasanah budaya yang dimiliki wilayah tersebut, juga menunjukkan betapa tingginya tingkat penggalian potensi oleh karena manusia telah belajar dengan ilmu pengetahuan.
Semakin waktu berjalan, semakin jauh waktu pemeliharaan budaya, maka semakin jenuhlah manusia itu tentang budaya hasil penggalian leluhurnya. Kejenuhan manusia inilah yang menimbulkan sebuah pengikisan budaya itu, malahan ada yang meninggalkan karena mereka silau dengan budaya baru yang walaupun mereka tidak tahu pasti tujuan budaya itu ( jaman instan ). Berubah pulalah filosophy hidup manusia karena rongrongan budaya baru itu sehingga pengetahuan asli yang dimiliki tidak ada gunanya lagi dan begitu ditinggalkannya.
Budaya baru belum tentu sesuai dengan potensi alam daerah yang menerima budaya baru itu, maka terjadilah tumpah tindih pola kehidupan, alam mulai tidak terpelihara, cara hidup mulai berubah, struktur sosial juga tergeser. Keadaan semacam ini sangat berbahaya, lebih bahaya lagi manusia itu tidak pernah faham lagi dengan kondisi dan ciri alam yang sedang dialami, malahan tidak pernah ingin tahu karena penggaruh budaya baru itu, celakanya manusia mulai saling menyalahkan dan saling berlomba akan kebenaranya masing -masing.
Akhir jaman manusia tampak, mulailah adanya seleksi alam dan manusia oleh Sang Penguasa Alam ( TUhan ), maka dari berbagai kelompok komunitas sosial mulai bermunculan sebuah kesadaran ( consciousness )akan kembalinya ke budaya sejati yang digali oleh leluhur terdahulu sehingga diharapkan akan mampu mengembalikan keadaan alam dan manusia kembali ke wujud dan filosophy aslinya yaitu menggali dan mngembangkan potensi alam sesuai dengan corak dan kondisi alam yang sesuai dengan jaman pada saat leluhur itu menciptakan budayanya. Kesadaran akan kembalinya kebudaya leluhur yang hakiki itu dapat disebut dengan nama spiritualitas. Kondisi seperti ini diharapkan tidak lagi tergantung pada aturan - aturan yang dibuat sebelumnya, serta mulailah melakukan sesuatu dengan mengurangi beban hidup, apalagi menggunakan kemampuan yang dihasilkan oleh budaya yang bukan milik leluhur itu.
Demikianlah sekelumit hubungan antara keinginan-pengetahuan dan kesadaran yang merupakan perenungan pada hari raya Saraswati tahun 2009, semoga dapat menambah khasanah pemikiran dan wawasan kita semua...rahayu.
Tuesday, July 28, 2009
MEDITASI SURYA REDITE - FAJAR BARU BANYU PINARUH
Tanggal 1 Agustus 2009 adalah Hari Raya Hindu yaitu Saraswati dengan mengandung makna hari turunya anugrah spirit ilmu pengetahuan. Dengan makna inti pengejahwantahanan ilmu pengetahuan pada kehidupan ini maka setidaknya manusia khususnya yang berkeyakinan hindu harus mempunyai konsep bahwa ilmu pengetahuan adalah merupakan pintu kebahagiaan hidup yang paling hakiki, materialisme hanyalah sarana bukanlah tujuan pokok hidup.
Besoknya adalah hari banyupinaruh/penyucian diri yang biasanya dilakukan pengelukatan disumber air ataupunan dilaut, ini mengandung makna bahwa setelah anugrah ilmu pengetahuan turun maka jasad raga ini juga harus dibersihkan sebagai stana kesucian.
Idealisme baru dijaman ini , yaitu melaksanakan pembersihan dengan pengelukatan fajar surya dengan melakukan meditasi surya redite, ini mengandung makna bahwa alam yang didalamnya ada air sebagai pembersihan sebelumnya sudah tidak layak lagi karena sudah tercemar oleh kebiadaban manusia yang tidak mampu memelihara dan menjaganya, selanjutnya air tersebut sedang disimpan dalam wadah oleh para Dewa dan Bathara.
Matahari yang tak pernah tersentuh oleh manusia sekarang mengambil posisinya...untuk itu akan dilaksanakan meditasi surya redite dimulai tanggal 2 agustus 2009 ini dengan konsep dasar kembali kepenggalian meditasi leluhur 750 tahun yang lalu dengan tujuan membenahi alam semesta.
Wejangan pada saat melakukan meditasi surya berawal dari :
Dewa Ciwa : Disiplin dan Tangguh dalam segala kondisi
Hyang Budha : Cinta Kasih dan Welas Asih
Ibu Pertiwi : Eling dengan Asal muasal / leluhur
Dewa Surya : Anugrah zaman ini
Sikap Meditasi Surya Redite
Sikap sempurna
Konsentrasi kesatu titik
Pejamkan mata pelan - pelan
Tangan Cakupkan di dada
Buka mata pelan - pelan
Usapkan telapak tangan keseluruh tubuh
Semoga teranugrahi...Om Surya ya namo namah
CIWA BUDHA UNITY
Kesaya ikang papa...nehan ikang praya jana; Pada saat Sutasoma akan menduduki tahta,dimana beliau bingung untuk menentukan keadilan kepada rakyatnya,untuk itu beliau turun kemasyarakat dan merasakan derita dan papa rakyatnya.
Pegang teguhlah pada kebenaran yang abadi yaitu mampu menyatukan perbedaan dengan inti pokok kasih sayang ; om,swastiyaustu..assalam walaikum..haleluya dan amitaba dengan tidak ada batasan ruang dan waktu.
Debaran jantung hendaknya dirasakan oleh jiwa, maka dengan irama detak jantung yang ideal dan didengar oleh jiwa yang tulus, jiwa yang lemah akan berubah menjadi jiwa yang kuat..
Azas Sundaram ( rasa seni ) inilah jalan pokok agar dapat merasakan sebuah perbedaan dan mampu menyelami intinya...maka ciwa budha unity...Bhineka tunggal Ika
Thursday, July 23, 2009
Wednesday, July 22, 2009
KARMA DAN CARU
aktifitas manusia diatas dunia ini sangat berpengaruh terhadap perputaran alam ( Dewa dan Malaikat ) berserta isinya, termasuk posisi Tuhan didalam mengendalikan alam dan manusia. Tumbuh - tumbuhan adalah mahluk pertama dan paling sensitif didalam menerima rangsangan dari kejadian dan keanehan alam, dapat dilihat dari keadaan tumbuhan dalam kondisi kepekaannya, tetapi terkadang manusia sendiri tak pernah menanggapinya.
Peranan manusia dalam proses keseimbangan dengan alam sebenarnya bisa dilakukan dengan bekerjasama dengan binatang, dalam hal ini ketulusan seekor binatang agar dirinya dapat dijadikan kurban ( caru ) sesungguhnya dapat merubah sebuah bencana seperti kekeringan,paceklik begitupula sebaliknya banjir bandang dan gempa bumi. Ketulusan seekor binatang ini dapat diwujudkan dengan dia datang sendiri tanpa harus dikejar - kejar bahkan diperangkap terlebih dahulu, baru selanjutnya dijadikan kurban.
Aktifitas manusia didalam hubungannya dengan alam dan Tuhan inilah yang menjadi penentu perputaran alam yang ideal, manusialah sebenarnya menjadi poros utama alam ini karena tergantungnya alam terhadap aktifitas manusia sangat tinggi. Termasuk para Dewa dan Malaikatpun tanpa ritual suci dari manusia tidak akan dapat menjalankan perputaran roda alam dengan baik, terbukti dengan tugas manusia pada bulan purnama dan bulan mati ( tilem ).
Untuk itu seandainya manusia terhenti sejenak melakukan kegiatan yang bersifat keagamaan / ritual maka dapat dibayangkan keadaan alam ini seperti apa.
Dapat kami sebutkan jenis ritual yang dapat dilaksanakan oleh manusia seperti :
1. Bajaan / menyanyikan lagu - lagu pujian kepada Tuhan
2. Japam / Menyebut nama suci Tuhan
3. Upacara keagamaan / Upakara
4. Menyembah Tuhan /Bhakti
5. Pengendalian diri /Bhrata
6. Berkonsentrasi kepada Tuhan / Yoga
Maka dari itu janganlah sampai kita terhenti melakukan ritual - ritual tersebut diatas agar alam ini dapat berjalan sesuai dengan rotasinya.
Monday, July 20, 2009
BUDAKELING ...PANCANGAN TOMBAK AKHIR JAMAN
Membangun Citra Agung Persatuan Bangsa Indonesia melalui perjalanan suci ke Tatar Sunda dari Tepi Timur Budhakeling
BUDAKELING dharma di zaman Kali yang gelap ini, ia adalah cahaya terakhir dari dunia ini. Keberadaannya di ''muka'' (bahasa setempat: prarai) Gunung Agung-- gunung tertinggi di Bali, menyebabkan desa ini selalu berada di bawah pengawasan bayang-bayang kesadaran mahkota, makuta mandita.
Kesadaran agama yang melampaui Hindu-Budha menuju persatuan yang agung. Sutasoma menancapkan kaki-kakinya di pusaran desa trah Mpu Tantular pengarang Kakawin ''Bhinneka Tunggal Ika''. Sutasoma moyang Danghyang Astapaka penemu citra pertiwi Budakeling. Desa seharusnya bangkit dan mampu melakukan tugas besar bhawanamayiprajnya memimpin ritual kesadaran yang sebenar-benarnya.
Desa dijadikan kota satelit suci tempat pengembangan idealisme budaya adicita adistana, aksara merancang masa depan surgawi. Di desa adistana Budakeling inilah segera akan diadakan sebuah ritus baru Bhawanamayiprajnya, Tarpanadhatu, membangun pikiran murni. Selanjutnya, membaca Manggala dan teks Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Persembahan Mahawinduprasapta tujuh abad Bhinneka Tunggal Ika, penghormatan terhadap nilai sejarah eksistensi bangsa, Indonesia-Mahardika.
Kekuatan murni dari tradisi besar yang pernah dimiliki oleh bangsa ini dan yang masih terwariskan di Bali dengan spirit panunggalan siwa-budha-tatwa-- sinkritisme hindu-budha-awatara, sintesa sistematik baru spirit-ilmu-taksu. Sebuah perjalanan panjang lintasan spirit zaman telah semestinya menjadikan pulau ini sebagai surga dewata masa depan.
Tidak ada satupun kebudayaan di dunia ini yang lepas dari agama. Hasil kebudayaan adalah persembahan agama dan pertahanan hidup bangsa. Karya Sutasoma adalah persembahan Mahakawya Yogiswara Mpu Tantular terhadap bangsa dan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sebuah karya besar yang dikarang oleh pujangga dari kerajaan Majapahit tujuh abad yang lalu, akan kembali digemakan dengan suara mahabajra, suara cakra pranawa, sapta ongkara, tujuh api, tujuh samadi. Memperingati mahawinduprasapta tujuh abad bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Siapapun di antara putra putri bangsa ini segera dapat mengetahui dan mengenang kembali betapa sebuah negara dibangun dengan falsafah panca sila-- dengan slogan ''Bhinneka Tunggal Ika'' oleh para pendiri the founding father Soekarno, Hatta, dan Mohamad Jamin, 60 tahun yang lalu.
Mpu Tantular adalah seorang di antara mahakawia penyair terbesar yang pernah dimiliki bangsa ini. Dari karyanya, Kakawin Sutasoma (Porusadasanta), mengalir benih-benih kesadaran muasal dan universal itu membangun citra agung persatuan seluruh bangsa Indonesia. Berbeda tetapi tetap satu Indonesia Merdeka.
Pasca merdeka semestinya Mahardika. Mungkin kita telah hampir lupa, bahwa kendaraan kesadaran yang dimiliki bangsa ini telah merasuki pintu hilir eutopia hiperealistik dan hegemoni baratisasi, yang didominasi adikuasa (dengan rujukan superpower Amerika). Namun ujung kesadaran utama milik bangsa sesungguhnya ada di pintu hulu adistana (superideal, merujuk prinsip kemurnian pribadi, mandala dharma, dan atau mandala-mandala desa). Sebagai wujud kuasa surgawi-- Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana tersurat butir pertama Pancasila. Jika demikian betapapun nilai-nilai keutamaan bangsa itu tak pernah akan tercampakkan sedemikian rupa.
Momentum naramangsa pramangsa zaman kali ini sebagai perlambang-- manusia pemakan atau sebaliknya pemakan manusia sesungguhnya menantang kita untuk berpikir, merenung, merefleksi sejarah masa lalu dan memproyeksikan ke depan. Segala kemampuan diperlukan untuk tranformasi dan transmisi nilai-nilai budaya yang bertumbuh terus dengan semangat pembaruan semesta (Ongkarapranawa). Hidup bhawanamaya adalah sebuah yadnya, persembahan demi kebaikan dan keharmonisan dunia dan akhirat.
Sedangkan, pemujaan (achara) adalah evolusi kesadaran yang bergerak dari pemujaan eksternal (lahiriah, eksoteris) menuju pemujaan yang lebih tinggi (internal, esoteris). Dari praktek keagamaan yang bergerak ke luar (nirwrttimarga) mengarah ke praktek pemujaan yang bergerak ke dalam (prawrttimarga).
Adakah kita telah melangkah menuju kemerdekaan yang mahardika? Mahawinduprasapta adalah sebuah ''bom waktu'' Pangutpati, hidup kembali, untuk manusia yang berkesadaran murni (bhawanamaya).
WEJANGAN KYAI TUNGGUL JAYA AMONG ROGO
" Marilah dalam melangkah di jalan kebenaran, kita menyatukan langkah. Membuka pikiran dan pendengaran, bagi manusia-manusia yg terpanggil kejalan kebenaran. Marilah kita mengheningkan diri sejenak untuk berintrospeksi : Sudah layakkah kita dalam memutuskan untuk kembali ?Apakah yg mendorong saya untuk memilih tujuan yang sekarang ini. Kemegahan ? Cari aman ? Kebenaran murni ? Atau APA !
Apakah karena gantharwa menjanjikan apa yg saya cari ?Ataukah justru karena saya tidak tahu apa yg dicari ?
Jawaban pertama yg muncul di hati kita tadi... adalah jawaban yg paling jujur.Yang mengerti... mengertilah !Manusia sebenarnya diciptakan untuk satu tujuan. Kita diciptakan dalam satu kesatuan. Tetapi mengapa kita menempuh jalan yg berbeda-beda ?Manusia diberi satu lentera, satu terang cahaya. Mengapa masih tidak tahu jalan. Apalagi yang harus dicari? Manusia sebenarnya diberi bekal, kenapa dibuang sia-sia. Bukannya bekal2tadi dipakai untuk kembali kepada-Nya. Mengapa kita hanya bermain-maindengan bekal2 yg kita miliki? Sekarang ini adalah masa koreksi terhadap apa yg kita jalani. Karena kita akan menjalani masa-masa dimana kita harus memilih satu pilihan. Pilihan di tahun ini tak bisa ditolak, mau tak mau harus diambil. Bilapilihan yg diambil adalah pilihan yg benar, manusia itu akan menjadi anak-anak yg mendahului zaman. Tetapi bila yg diambil adalah pilihan yg salah, sesungguhnya tak akan lagi ada kesempatan seperti ini dalam waktu dekat.
Seperti wejangan Kyai Ganjel tadi tentang pengertian sikap seseorang sebagai reaktor positif, orang itu tidak menderita dalam menanggung beban (pengorbanan) karena bertindak didasari cinta. Biarkanlahbila orang-orang lain merasa kasihan dengan apa yg kita tanggung. Janganlah mengasihani diri sendiri. Menjadi manusia Jawa bukanlah menjadi manusia yg cengeng. Kita sebagai Jawa bukanlah orang yg lemah, yg menganggap selalu dikasihi. Lebih baik orang-orang lain merasa kasihan pada diri kita daripada kita yg merasa kasihan pada diri sendiri.
Karena apa yang sesungguhnya perlu dikasihani pada orang Jawa? Orang Jawa itu berkelimpahan.Berkelimpahan dalam kekuasaan dan kesederhanaan... bukan dalam kesombongan. Bukan berkelimpahan dalam kebodohan. Bukan berkelimpahandalam ketakutan.Kita diharuskan berani mengatakan bahwa kita adalah orang Jawa dengan kaweruh jawa yg sejati... dengan taruhannya nyawa kita. Peranan yg akan kita emban bukanlah dalam kelompok, melainkan masing2 kita menjadi garam di lingkungannya. Setiap pribadi musti mempunyai pengaruh di lingkungannya. Tidak ada gunanya bila sama sekali tidak mempunyai pengaruhbagi lingkungannya.Ketahuilah ketakutan itu merupakan bentuk lain dariketidakmengertian/kebodohan. Apakah gantharwa berai menerima tanggungjawab untuk menyampaikan kawruh jawa yg sejati?
Menjadi orang Jawa tidak ada yg besar atau kecil, karena semuanyasama. Karena semuanya yg berperan adalah Gusti sendiri. Kita tidak akan pernah di-BESAR-kan atau di-KECIL-kan. Yang ada adalah kelimpahan sangGusti. Ketidakmampuan kita adalah kemampuan sang Gusti. Ketidakpandaiankita adalah kepandaian sang Gusti. Bentuk penawaran yang ada adalah menjalankan kawruh jawa yg sejatiatau menerima kelimpahan di luar itu. Menjadi Jawa adalah mampu melihatapa yg telah kita lakukan dan mampu melihat apa yg harus kita lakukan...atau juga apa yg tidak boleh untuk dilakukan. Jika belum mengetahui hal itu, apakah gunanya lahir kembali? Berarti tidak ada kelahiran kembali.
Tidak ada gunanya kita begitu banyak, tetapi tidak bisa menggarami apa ygharus digarami. Karena diantara seluruh umat manusia, hanya sedikit yg ingin kembali pada sang Gusti. Dari sedikit yg ingin kembali, hanya sedikit yg mengerti. Dari sedikit yg mengerti... hanya sedikit yg sampai. Kenyataannya manusia hanya mengerti sebatas dia sebagai manusia. Seperti sang Bima dan Dewa Ruci dalam cerita permenungan tadi. Tugas kita masing-masing adalah mencari Dewa Ruci kita sendiri-sendiri. Sesudah bertemu, tanyakanlah tugas kita apa yg harus dilakukan.Sesuatu sikap di alam manusia demikian juga halnya di alam Roh.
Ketidaksopanan sebagai manusia juga berarti ketidaksopanan sebagai Roh. Ketidakmampuan mendengar di alam manusia, berarti ketidakmengertian di alam Roh. Bahkan ketidaktahu-maluan di alam manusia juga berarti ketidakmampuan menerima rahmat di alam Roh. Di dalam pengertian Jawa tidak ada neraka... tidak ada hukuman. Yang ada adalah ketololan dan kebodohan karena kita tidak mengerti. Tidak ada tempat bagi manusia Jawa yg lemah atau tidak mengerti. Seperti telur-telur di sarang induk ayam. Waktunya untuk menetas lalu berkotek-kotek sepertiinduk ayam... dan mencari makanan bersama sang induk. Kemudian nantinyamenjadi induk bagi telur dan anak-anak ayam. Tidak ada lagi seturusnya berada dalam lindungan sarang atau induk ayam.
Telur yg tidak menetas akan dibuang. Keluarga gantharwa diberi kesempatan memilih. Apakah kita benar-benar akan berada di jalan ini atau keluar? Bulan-bulan inilah saat kita paling baik untuk merenung, melihat "kedalam". Selama ini di gantharwa kalian lebih banyak melihat "ke luar".S ekarang cobalah untuk melihat "ke dalam". Pakailah mata ketiga untuk bercermin, melihat pribadi kita sendiri. Pakailah suara hati untuk mendengarkan diri sendiri... mendengarkan DewaRuci kita masing-masing .Kalau sudah tahu dengan pasti kemana tujuan dan kemana harus melangkah...tentu tidak akan pernah ragu-ragu dalam mengajak orang lain mengikuti kita. Namun jika kita sendiri masih ragu, belum yakin dengan jalan kita...bagaimana kita bisa mantap mengajak orang-orang lain di jalan kita. Cobalah ukuran-ukuran yg sering kita pakai untuk mengukur orang lain, dipakai untuk mengukur diri sendiri. Pakailah ukuran-ukuran itu untuk mengukur diri kita sendiri.
Ada beberapa hal yg tidak mungkin disampaikan pada malam ini.Pengertian2 tentang kasampurnan, pengertian2 tertinggi kepada sangGusti sendiri, karena dengan pengertian2 ini...apa yang mati akan menjadi hidup,apa yang gelap menjadi terang,kawula akan bertemu dengan Gusti,bahkan kawula menjadi Gusti...dalam kemanunggalan Kawula lan Gusti.
"Ttd Kyai Tunggul Jaya Among Raga
MISTERI SANG HYANG WENANG ( SEMAR )
Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
• Bebadra = Membangun sarana dari dasar
• Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar
Harafiah : Sang Penuntun Makna Kehidupan
tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tunggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik”.
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang, dempel = keteguhan jiwa).
Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno)
maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.
Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ), yang maha pengasih serta penyayang umat”.
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia), agar memayuhayuning bawono : menegakan keadilan dan kebenaran di bumi.
MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.
Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:
1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan
Kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.
Di alam Sunyaruri, Batara Semar dijodohkan dengan Dewi Sanggani putri dari Sanghyang Hening. Dari hasil perkawinan mereka, lahirlah sepuluh anak, yaitu: Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan, Batara Siwah, Batara Wrahaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya dan Dewi Sarmanasiti.
Anak sulung yang bernama Batara Wungkuam atau Sanghyang Bongkokan mempunyai anak cebol, ipel-ipel dan berkulit hitam. Anak tersebut diberi nama Semarasanta dan diperintahkan turun di dunia, tinggal di padepokan Pujangkara. Semarasanta ditugaskan mengabdi kepada Resi Kanumanasa di Pertapaan Saptaarga.
Dikisahkan Munculnya Semarasanta di Pertapaan Saptaarga, diawali ketika Semarasanta dikejar oleh dua harimau, ia lari sampai ke Saptaarga dan ditolong oleh Resi Kanumanasa. Ke dua Harimau tersebut diruwat oleh Sang Resi dan ke duanya berubah menjadi bidadari yang cantik jelita. Yang tua bernama Dewi Kanestren dan yang muda bernama Dewi Retnawati.
Dewi Kanestren diperistri oleh Semarasanta dan Dewi Retnawati menjadi istri Resi Kanumanasa. Mulai saat itu Semarasanta mengabdi di Saptaarga dan diberi sebutan Janggan Semarsanta. Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat setia kepada Bendara (tuan)nya.
Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan.
Banyak saran dan petuah hidup yang mengarah pada keutamaan dibisikan oleh tokoh ini. Sehingga hanya para Resi, Pendeta atau pun Ksatria yang kuat menjalani laku prihatin, mempunyai semangat pantang menyerah, rendah hati dan berperilaku mulia, yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta.
Dapat dikatakan bahwa Janggan Semarasanta merupakan rahmat yang tersembunyi. Siapa pun juga yang diikutinya, hidupnya akan mencapai puncak kesuksesan yang membawa kebahagiaqan abadi lahir batin.
Dalam catatan kisah pewayangan, ada tujuh orang yang kuat di emong oleh Janggan Semarasanta, yaitu; Resi Manumanasa sampai enam keturunannya, Sakri, Sekutrem, Palasara, Abiyasa, Pandudewanata dan sampai Arjuna.
Jika sedang marah kepada para Dewa, Janggan Semarasanta katitisan oleh eyangnya yaitu Batara Semar. Jika dilihat secara fisik, Semarasanta adalah seorang manusia cebol jelek dan hitam, namun sesungguhnya yang ada dibalik itu ia adalah pribadi dewa yang bernama Batara Semar atau Batara Ismaya.
Karena Batara Semar tidak diperbolehkan menguasai langsung alam dunia, maka ia memakai wadah Janggan Semarasanta sebagai media menitis (tinggal dan menyatu), sehingga akhirnya nama Semarasanta jarang disebut, ia lebih dikenal dengan nama Semar.
Seperti telah ditulis di atas, Semar atau Ismaya adalah penggambaran sesuatau yang tidak jelas tersamar.
Yang ada itu adalah Semarasanta, tetapi sesungguhnya Semarasanta tidak ada.Yang sesungguhnya ada adalah Batara Semar, namun ia bukan Batara Semar, ia adalah manusia berbadan cebol,berkulit hitam yang bernama Semarasanta.
Memang benar, ia adalah Semarasanta, tetapi yang diperbuat bukan semata-mata perbuatan Semarasanta.
PERJALANAN MENUJU MAJELIS LALUHUR
PERJALANAN SUCI :
SANGGAR PADEPOKAN RASMI SANCAYA
Pada tanggal 2 Juli 2009 kami berangkat dari tepi timur Pulau Bali;halaman pasraman meru lempuyang Karangasem menuju Padepokan Majelis Leluhur Lereng selatan Gunung Salak Bogor Jawa Barat;
Dengan menggenggam air suci titra lempuyang kami berhayun ke tatar sunda, diatas Gunung Bromo ( Brahma ) kami lewat hanya dengan ucapan astungkara panganjali kepadanya terus bergerak sampai melewati tanah jawi yang sedang merana duka mendalam dengan tetesan nanah perut mojokerto, kami hanya bisa mendengar tangisan itu..tak berdaya sekali, sesak, rintih...begitu malu dengan hawa yang menjijikan, "Kita tahu semua itu eyang,tapi gak dibolehkan aku yang yang bertindak"
Kita berjalan lagi, sejenak menengok kehamparan Gunung Lawu, begitu mantapnya topo seorang leluhur dengan senyumnya mengandung arti " tak tunggu yo nduk" , sampe ketemu nang tatar sunda"..., begitu pula beliau - beliau yang lain.
Kita tiba dipangkuan Maha Prabhu Siliwangi sebelum sang surya menampakkan diri / Matahari terbit, disambut dengan hawa harum semerbak ; seketika aku melirik dari mana sumber keharuman itu; tak kusangka arahnya datang dari pantat seorang mahatapa prabu siliwangi ( silit;pantat - wangi; harum ), oh.. begitu harumnya beliau, begitu kuatnya bertapa, sampai keluar bau harum dari bawah tapanya.
Kita membersihkan badan, berkumur serta merapikan pakaian kita lalu serentak duduk pada samadi masing - masing. Dengan diantar oleh pandita suci dihadapan beliau kita memohon anugrah serta menyampaikan pesan sungkem dari umat yang lupa akan keberadaan beliau khususnya ditanah jawi.
Diakhir samadi muncul wahyu sejati dari bhatara, beliau berpesan bahwa; " hati - hatilah melangkah, menyeberang, air akan menuju daratannya " dst .
Setelah selesai kita semua mohon ijin pamit menuju padepokan Majelis Leluhur yang berlokasi dibalik pertapaan Prabu Siliwangi Gunung Salak , sesampai kita disana disambur isak tangis bahagia oleh para warga disana seakan- akan bertemu saudara yang lama tak kunjung pulang. Kita dijamu dan membersihkan diri seperti rumah sendiri.
Akhirnya malam renunganpun mulai, yang juga dihadiri oleh aliansi bhinekatunggal ika, Komunitas penekun spiritual samiaji, warga Baduwi serta pinisepuh padepokan majelis leluhur Bogor.
Inti dari sarasehan renungan itu adalah;
1. Sabda Uyut Padepokan bahwa; Pancasila menjadi pengayom semua agama, hanya dengan
Pancasila kita bisa hidup rukun dan damai di Tanah Indonesia ini ( th 1578 - th
1978 ) 500 th Gomo Budhi.
2. Muncul wacana ; Kita orang indonesia yang beragama X, Bukan Agama X yang
berdomisili di Indonesia ( artinya berbeda ); aliansi bineka tunggal ika
3. Kesepakatan akan menguatkan budaya leluhur didalam menopang jati diri yang
bersumberkan agama masing - masing untuk dapat mengaktualisasikan nilai - nilai
dalam kehidupan sehari - hari.
4. Tanah Jawa memegang peranan penting dalam meniti jejak para leluhur demi
mewujudkan masyarakat indonesia kembali adil dan makmur ( Sabdo Palon Noyo
Genggong ; kita tidak akan miskin dikemudian hari, sesaji hanya mampu memindahkan
saja Bencana akan tetap terjadi)
5. Kidung Pancaila dari padepokan majelis leluhur ; " banyak orang pinter dari
manusia yang ngerti "
tak terasa Sang Surya muncul kembali, sarasehanpun selesai dengan pesan Dewi kWam In melalui raga Bunda Ratu Pertiwi ; Hati yang tulus,Tersenyumlah,Berderma/sedekah serta bersikap ramah pada semua mahluk.
Selanjutnya kita mohon ijin melanjutkan perjalanan menuju Eyang Sepuh Sundari (85th)di padepokannya.Kita disambut oleh beberapa juru kunci Gunung di Tanah Jawa. Disini kita hanya bersambut saja dengan rencana pasti melakukan perjalanan ritual di Gunung Lawu Jawa Tengah tahun ini.
Lalu kita melakukan ritual purwa daksina diJakarta yaitu Pura Halim / timur, Pura Cinere / selatan, Pura Tanggerang / barat, Pura segara celincing / Utara. Dengan membawa pesan bahwa seandainya ada yang mau memuja Tuhan dan leluhur diPura ini walaupun dengan cara dan pakaian yang berbeda karena sesungguhnya tujuan mereka adalah sama.
Demikianlah perjalanan suci ini, akhirnya kita pulang kembali ke Timur lagi/karangasem, dengan persiapan akan melakukan perjalanan lagi.
Semoga perjalanan ini dapat bermamfaat untuk kita semua.
Wednesday, July 15, 2009
KEBENARAN ADALAH GAIB
Bisa dibaca Kitab Veda ( saduran Rg Veda, Sama Veda,Yajur Veda dan Atharw Veda) ; Pedoman Hidup Praktis, hal 312 dijelaskan bahwa:Kebenaran itu adalah 'gaib'.
artinya sejauh pengetahuan yang kita gali tentang kebenaran ( pengetahuan ketuhanan ) bisa saja dilakukan,namun tetap kebenaran itu ada pada ruang ketuhanan yang bersifat gaib, agar kita sebagai manusia tetap menyisakan ruang dikepala kita untuk tempat tinggal Tuhan, ini menandakan betapa kecilnya kita dibandingkan dengan Tuhan.
Terbukanya tafsir Veda dimasa kini menimbulkan semakin banyaknya sampradaya, disamping menandakan semakin tingginya minat umat terhadap pengetahuan ketuhanan bahkan dapat dikatakan pertanda jaman spiritualitas. Baiknya diharapkan semakin banyaklah umat yang melakukan kebajikan dan keharmonisan alam, jaman spiritualitas ini menandakan betapa hausnya umat akan pengetahuan. Tanda - tanda seperti ini mestinya juga dikembangkan kembalinya lahir Dhang Acarya ( Wiku ) dimasing - masing komunitas ( padukuhan/padepokan ). Pola pendidikan yang diajarkan dipadukuhan/padepokan/pasraman adalah menganut sistem pendidikan integrasi antara penggemblengan fisik, pengisian pengetahuan alam serta filosophi kehidupan yang bijak ( Kawisesan - Kaweruhan - Kewicaksanaan ); Tatwam - Ciwam - Sundaram. Nantinya diharapkan akan melahirkan para sarjana yang sujana serta berswadarma artinya mereka akan mampu melakukan kewajiban yang selalu mengedepankan pada idealisme masing - masing seperti :
Guru /Brahmana yang suci adalah yang mampu memberikan pengetahuan filosophi kehidupan;
Birokrat/Ksatria yang membanggakan adalah kemampuan jiwa kenegarawanannya dan kemampuan mengatur kas negara dgn seadil - adilnya;
Usahawan/Waysia yang terpuji adalah yang rela menyumbangkan hartanya untuk kemanusiaan dan Agama;
Buruh/Sudra yang tangguh adalah mereka yang bekerja profesional dan setia pada perusahan tempat mereka bekerja;
KENAPA JUSTRU PENANAMAN NILAI - NILAI AGAMA SAAT INI JUSTRU BERTUMBUH KEMBANGNYA MUSIBAH DAN BENCANA DITANAH INI?
Pengetahuan Ketuhanan yang diperoleh dengan belajar agama secara akademis tidak mampu menerobos masalah Alam karena di pendidikan akademis hanyalah berdasarkan kurikulum semata artinya semakin cepat bisa menghafal sudah dianggap pintar dan terpelajar ( untuk kalangan tertentu inilah tokoh agama ). Sebaliknya yang ada pada pola pendidikan filosophi yang dikembangkan dipasraman/padukuhan/padepokan ; pola pendekatan pengetahuan alam Fisik ( brahmandapurana )dengan ditambah pengetahuan alam non fisik ( Wraspathi purana tatwa )menjadikan kita semua sadar tentang betapa gaibnya alam yang kita pijak saat ini, dengan mengetahui kegaibannya mestinya kita sadar akan bagaimana cara memelihara dan menghormati ibu pertiwi ini termasuk gunung, danau, laut, hutan dengan segala isinya.
Karenanya betapa tingginya pengetahuan agama yang dimiliki namun tidak melakukan penghormatan terhadap alam ini, sia -sialah pengetahuan itu.... karena alam ini sejatinya adalah tempat para l e l u h u r kita semua.
Hancurnya alam ini karena lupa akan leluhur yang menjadikan kita semua.
Semoga para leluhur selalu dalam sikap tapanya, mendoakan kita semua dalam keadaan baik.
Friday, June 12, 2009
SAMPAI TAK SADAR...WAW!
Thursday, June 11, 2009
SAGI SAGI DAN MEGIBUNGAN
Ngayah pada Perpisahan Sekolah Dasar No.6 Bebandem
Subscribe to:
Posts (Atom)