Wednesday, September 23, 2009
PERJALANAN SPIRITUAL PENYAMBUTAN KEMBALINYA MAJELIS PARA DEWA KE PARAHYANGAN
PULAU LOMBOK ; LINGGIH MAJELIS BATHARA LINGSIR GUNUNG AGUNG DENGAN BETHARA LINGSIR NYOMAN RINJANI.
Berangkat dari kaki Gunung Lempuyang ( Linggih Bathara Hyang Gni Jaya ) kami dari Asrham Bunda Ram serta personil dari media dan para sisya Padepokan Rasmi sancaya menuju Pulau Lombok melalui penyeberangan Padang Bai Lembar, pada pukul 16.00. sampai di Lembar pukul 20.30.
Tiba di Kota Mataram kami disambut dengan pengelukatan gumi ( hujan ), astungkara betara lingsir Gunung Rinjani atas limpahannya.
Pukul 05.00 kembali bergegas akan melakukan persembahyangan bersama, ketika itu kita rasakan lintasa gema alam sebagai ciri Betara kembali ke parahyangan, dengan guncangan ekor naga kendaraan Betara ( gempa 5.4 s.rht ).
Persiapan sebelum menuju linggih Betara Lingsir Gunung Agung di Gunung Sari yaitu
Permohonan ijin awal di Pura Jagatnatha Mayure,disini ijin yang diberikan dengan isyarat yang sama yaitu kibasan ekor naga sebagai pertanda ijin diberikan untuk melanjutkan program berikutnya.
Menyucikan diri di Pura Narmada; penyucian diri di pura ini menggunakan konsep anugrah Maha Wisnu sebagai awatara Dewi Gangga yang langsung memberikan penyucian kepada para bhakta dengan cara ;
- Meraup dari dagu ke kepala 3 Kali
- Tepuk air 3X, telunjuk ketelinga kanan
- Tepuk air 3X, telunjuk ketelinga kiri
- Tepuk air 3X, Tepuk dada 3X dengan mengucap permohonan pada Dewio Gangga
- Teguk air 3X
- Medanapunia seiklasnya.
Melukat di Pura Suranadi ; Pengelukatan dipura Suranadi langsung membasuh diri di kolam suci yang airnya langsung turun dari Gunung Rinjani. gerrrrrrrrrrrrrrr dinggggggggggggggin sekali ( air suci belum ada manusia yang menjamah di luhur gunung rinjani ), tetapi setelah mohon ijin pengelukatan, rasa airnya langsung lebih hangat dan seger, astungkara.
Di Pura Suranadi / Tirtha Suranadi terdiri dari :
1. Tirta Pebersihan
2. Tirta Pengelukatan
3. Tirta Pengening
4. Tirta Pengentas
5. Tirta penembak
Di Pura Suranadi kita sembahyang dengan memohon anugrah nadi alam semesta ( hutan belantara suranadi )penjaga utama berbentuk babi hutan yang putih, wanara coklat dan binatang lainnya yang enggan diusik manusia, sebagai wujud protes seakan jagalah hutan ini.
Menuju Tatar Gunung Sari sebagai linggih Betara Lingsir Gunung Agung ; disini kita menghadap sujud bhakti di kaki betara pada jam 24.00 malam, berbagai macam petuah, pewecana serta ceciri yang dilimpahkan pada kita, khususnya pengetahuan penyatuan Ciwa Budha / Purusa Pradana / Giri Seagara / Tegeh endep / Luhur Dasar / Ang - Ah .
karena memang benar di Pura Gunung Sari ini saja yang ada hanya pelinggih Luhur dan Pelinggih Dasar Buana yang sangat dalam ( 5 m kedalam tanah ) dengan penjaga utama Naga Antaboga yang kuning keemas-emasan serta serdadu Buaya putih, Kodok dan kura - kura sebagai penjaga 3 telaga tirta yaitu (tirta besukih di selatan, tirta banyuurip di utara, tirta mas di barat )
Di Madyaning mandala ada Taman sari yang sangat asri, dikelilingi dengan arca widyadara widyadari yang ada di swarga loka, juga dipimpin oleh seorang Ida Betara Gede Balian yang berlakon sebagai pengamanan dan pengayoman umat akan bencana dan bahaya.
Di Tatar Gunung Sari ini juga kita melakukan meditasi surya raditya dengan memakai bentuk "keong " yang berarti jembatan spiritual secara niskala, jembatan spirit dar dasar menuju luhur akasa.( bisa dilihat pada www.suryaradite.blogspot.com )
Pura Lingsar Bebengan ( Tanjung ) lombok utara
disini kita melakukan persembahyangan bersama serta pengobatan massal, karena memang didaerah ini pengertian dan pelaksanaan keagamaan masih perlu penyempurnaan.
Pura Medana ( Makam Papuk Medana )
" Darma Sunya " kidung rasmisancaya, inilah yang patut didengungkan di tempat ini, penekun dan pelanjut generasi waktu telu bersemayam ditempat ini, tempat yang tinggi menjorok ke laut ( uluwatu Bali ) sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang empu kayogiswara Papuk Medana / Raden Wira Jaya , sesuai cerita sesepuh ditempat Sang Papuk dikejar - kejar kelompok perongrong spiritual karena berani mengajarkan pengetahuan spiritualitas didaerah ini, sampai - sampai anak kandung yang bernama dende intan komala sari pun ikut menjadi korban. Disini kita menyanyikan lagu "bengawan solo " sebagai kenangan sang anak yang ikut berkorban demi perjuangan spiritualitas, sambil beberapa sahabat menangis tersedu - sedu sebagai ciri pertemuan mistis dari para penganut spritualitas.
Pura Batu Bolong Sengigi;
Dipura ini kita melakukan persembahyangan bersama sebagai persimpangan beberapa Betara yang ada di tanah Bali seperti Ida Betara Ratu Gede Mas Mecaling dan Ida Ratu Gede Balian di Nusa Ped, Ida Betara Gunung Lempuyang dsb. Juga sebagai tempat persinggahan Ida Pedande Sakti Wau Rawuh.
Pura LINGSAR
Dipura ini kita dapat menikmati anugrah Betara dalam bentuk aura suci dan arca-arca suci peninggalan jaman dulu sebagai bentuk spiritualitas lombok pada jamannya, pada saat itu hanya ditempat inilah wujud spiritual yang langsung merangsuk pada wujud taksu spirit sejati, sampai hadirnya seorang maha pandita Pedanda Sakti Wau Rawuh tiba di Pulau ini dengan memberikan ceramah keagaamaan dan spiritualitas.
Pura Dalem Pingit Pegesangan
Tiba dipura ini sudah malam sehingga kita melakukan boga dulu baru melakukan persembahyangan dengan dipimpin oleh seorang Pendeta Suci Ida Pedande Gede Kerta, sekaligus memberikan wejangan / darma wacana kepada kita semua.
isi dari darmawacana beliau adalah ;
1. Merupakan hal pokok bagi para pemula yang belajar ilmu pengetahuan adalah menyebut aksara suci " Om, Ongkara Ya Namah Swaha" sebagi gegemet / bahasa suci agar beliau berkenan memberi ijin atas pengetahuan yang kita pelajari tersebut.
2. Menyembah Dewi Saraswati terlebih dahulu didalam belajar ilmu keagamaan.
3. Sistem Meditasi sederhana yaitu menghirup udara yang diyakini bersemayam dewa agni dan rangsukkanlah diseluruh tubuh, kemudian keluarkan dalam bentuk udara kotor yang menjadi sisa kekotoran dalam tubuh kita.
4. Adanya oknum pendeta yang masih belum bisa membedakan warna dan kasta serta penggaruhnya pada kelompok sosial masyarakat.
5. Hubungan yang ada perjalanan niskala dan ilmu pengetahuan keagaaman ( teologi) adalah pada korelasi panca maha buta yang ada pada dasar pembentukan manusia yang ada pada ilmu keagamaan dapat dirasakan dengan ilmu keadnyananan ( niskalagama ) dan penggaruhnya pada diri sendiri.
5. Konsentrasi pikiran pada waktu persembahyangan tidak ada hubungannya dengan karma yang kita rasakan pada kehidupan sehari hari ( suka duka lara pati ) karena ini memang harus terjadi pad kehidupan ini, tetapi sembahyang juga merupakan hal yang patut dilakukan sebagai proses hidup / kewajiban.
Selanjutnya kita melakukan pengobatan massal di Pura Dalem Pingit Pegesangan, sampai jam 12.00 terus persiapan mepamit pulang keBali, sampai dipadang bai tiba pulul 18.00 terus pulang kerumah masing - masing.
Astu Tat Astu, Awignam Astu Ya Nama Swaha...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment