Tuesday, September 29, 2009

PERJALANAN SPIRITUAL NUSANTARA SUJUD BHAKTI DI PULAU MENJANGAN



Om, awignam astu ya nama sidham, rahayu rahayu, rahayu .

Sudah sekian lama Aku tunggu ; ...... Sinar suci dan cahaya Bathara Wisnu telah mengantarkan kami ke tanah ini !
” Jangan sombong, angkuh dan berusalaha rendah diri!”

Erbagai diskusi tentang tanah nusantara telah kita dapat ikuti bersama, berbagai indikator nusantara juga telah kita lihat bahkan senjata dan panji – panji nusantara telah dikumpulkan, namun sampai saat ini tidak kunjung tiba arah dan kepastiannya.

GAJAH MADA... orang hanya bisa menyebut nama dan mencari kesalahannya, kelemahannya bahkan memunafikinya.
Keinginan hati seorang pemikir dan Maha Patih Gajah Mada dengan Sumpah Amukti Palapa memang terdengar cukup mencenganngkan, apalagi keturunan ksatria yang pernah diperintah untuk menundukkan wilayah tertentu sudah pasti dapat meraskan betapa agung dan wibawanya seorang Maha Patih.
Namun tak ada seorangpun yang tahu siapa dan darimana beliau dan asal usulnya. Sejarah demu sejarah telah dilalui sampai saat ini, tak satupun penulis mampu menuliskan asal usul Maha Patih Gajah Mada.

Keberanian kami melakukan perjalanan dan mencoba menguak tabir Maha Patih Gajah Mada merupakan sebuah untaian perjalanan spiritual nusantara saja, karena keberadaan Majapahit sendiri merupakan kelanjutan dari perjalanan sejarah Padjajaran yang sedang kami turuti.
Kemahakuasaan Bathara Wisnu sendiri didalam melahirkan taksu awatara pada jaman dan sejarah tertentu juga sangat pingit dan penuh rahasya, apalagi yang hanya belajar agama sebatas teologi saja, tak akan tersentuh pada penggalian spiritual kesejarahan ( purana ).
Sejarah Bathara Wisnu sebagai leluhur umat manusia yang ke 5 ( limat ) setelah Bathara Cikal, Sanghyang Wenang, Batara Ciwa dan Bathara Brahma maka sebagai leluhur sangat wajarlah beliau mengeluarkan taksu baru ( awatara ) pada jaman Majapahit dengan melahirkan Seorang Ksatria Gajah Mada.

IDA BATHARA WISNU
” tidak ada yang sadar diri akan kesalahannya, setelah memperoleh anugerah yang berlimpah tidak ingat pada sesama dan saling membantu”

Sejarah membuktikan tak pernah sekalipun Majapahit ingin menyerang Padjajaran, kerena memang Padjajaran adalah leluhur Gajah Mada, sangat mustahil dan tidak terhormatlah beliau kalau menyerang Padjajaran.

Sampai akhirnya Kerajaan Majapahit runtuh terkoyak oleh ulahnya sendiri, maka keberadaan dan kejayaan Gajah Mada pun ikut lenyap ditelan bumi / kembali kepangkuan Pertiwi dan kembali ke Angga Wisnu yang akhirnya menjadi Sanghyang Wisnu Murti yang bertugas melenyapkan manusia yang momo angkara serta mengumpulkan kekayaan yang berlebihan tanpa merasakan penderitaan orang lain.

Dijaman Kaliyuga dan tak beraturan ini melalui seorang penekun dan penggali spiritual di Singaraja yaitu Ratu Prabhu dan Ibu Ratu sesuai dengan petunjuk dan wangsit yang diperoleh melakukan penjemputan kembali Arca serta aksu Gajah Mada kembali ke Tanah yang penuh kesucian dan Para Dewata tepatnya di Pulau Menjangan ( Singaraja Barat ) .

Di pulau di ujung kepala burung pulau bali inilah di prabukan arca serta pralingga Ida Bathara Dalem Lingsir Gajah Mada,
Disinipula distanakan beberapa yang berhubungan dengan beliau seperti :
1. Pura Taman Klenting Sari
2. Pesraman Agung Brahma Ireng Ratu Agung Patih Kebo Iwa
3. Linggih Dewi Kwam Im
4. Linggih Betara Dalem Lingsir Gajah Mada

WEJANGAN BETARA DALEM LINGSIR GAJAH MADA ;

” Jangan takut menginjakkan kaki, sekalipun itu berduri . . . berani dengan langkah yang salah sekalipun, karena kebenaran itu walaupun berdarah sekalipun harus dijalani . . . kebencian para penghianat akan membuat cahaya terang yang cerah kepadaku.
” Kesalahan tinggal kesalahan . . . karena Aku menoreh kesalahan,
Putra Padjajaran belum saatnya meneteskan darah, , , Berjalanlah diatas keangkuhan, karena para Radja saat ini mampu memerdekakan, tetapi tidak mampu membuat kemakmuran malahan membuat penderitaan. . .
Merdeka tinggal merdeka. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ”

” Mintalah maaf jika kau menginjakkan kaki di bumi yang kau pinjam ini . . bersujudlah!

”Tunjukkanlah kebenaran! Hanya penghianat yang akan meneteskan darahnya di bumi pertiwi ini .

GAJAH MADA SAAT INI
Gajah identik dengan besar ; tidak bisa berbuat sesuatu’
Yang tersisa hanyalah gading sebagai pancaran kebenaran

Madha adalah kekuatan dari sinar ( aku ) kekuatan ga’ib dari cahaya
Siapapun yang kotor tidak akan mampu dan bisa berdiri dihadapan Gajah Mada. . . janganlah belajar dari sejarah yang salah karena leluhur akan mencabut janjinyadan menghentikannya untuk mendamaikan bumi ini. . .



Gajah Mada mengelilingi dunianya . . .
Gajah Mada tidak jauh dari idealisme dan penggali persatuan nusantara ’ ’ ’

Shanti, Maha Patih untuk Nusantara

PETI TENGET PROPERTY - ROYALTY - PROSPIORITY



PETI TENGET adalah sebuah kawan pantai laut barat Pulau Bali, dengan Kerobokan menjadi wilayah penggenggamnya, Kerobokan dengan monumen pertama kali leluhur menginjakkan kaki di Pulau Bali dengan mengobok pantai laut barat Bali, kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur. Perjalanan spiritual leluhur ini dalam rangka penggalian dan penyempurnaan konsep spiritual dan ritual yang tersisih ditanah Jawa, Kenapa Bali dipilih karena Bali pada saat itu memang sangat memungkinkan karena area yang berbukit tebing dan hamparan pantai sangat cocok untuk melakukan penggalian spiritual ( segara giri manunggal ); *baca catatan kecil kaki pulau bali.

KOnsep spiritual sangat terbalik dengan konsep materialisme, maka segala bentuk material yang terselamatkan dari pulau jawa dititip rapi ditempat ini secara niskala, agar kapan diperlukan dapat diambil sewaktu - waktu juga dengan cara niskala.

Berbagai cobaan dan rintangan memagari property, royalty dan prospiority leluhur yang tersimpan, untuk itu tempat ini sangat pingit dan magis.

Adapun tempat suci yang melengkapi Pura Peti Tenget ini adalah :
1. Pura Ayu Masceti
2. Pura Ratu Gede Sedahan Agung
3. Pura Ratu Gede Dalem Ped ( pesimpangan )
4. Pura Induk Peti Tenget ( Genah Naga Gombang, Naga Sari, Ulun Danu dsb)

Wednesday, September 23, 2009

PERJALANAN SPIRITUAL PENYAMBUTAN KEMBALINYA MAJELIS PARA DEWA KE PARAHYANGAN


PULAU LOMBOK ; LINGGIH MAJELIS BATHARA LINGSIR GUNUNG AGUNG DENGAN BETHARA LINGSIR NYOMAN RINJANI.

Berangkat dari kaki Gunung Lempuyang ( Linggih Bathara Hyang Gni Jaya ) kami dari Asrham Bunda Ram serta personil dari media dan para sisya Padepokan Rasmi sancaya menuju Pulau Lombok melalui penyeberangan Padang Bai Lembar, pada pukul 16.00. sampai di Lembar pukul 20.30.
Tiba di Kota Mataram kami disambut dengan pengelukatan gumi ( hujan ), astungkara betara lingsir Gunung Rinjani atas limpahannya.

Pukul 05.00 kembali bergegas akan melakukan persembahyangan bersama, ketika itu kita rasakan lintasa gema alam sebagai ciri Betara kembali ke parahyangan, dengan guncangan ekor naga kendaraan Betara ( gempa 5.4 s.rht ).

Persiapan sebelum menuju linggih Betara Lingsir Gunung Agung di Gunung Sari yaitu

Permohonan ijin awal di Pura Jagatnatha Mayure,disini ijin yang diberikan dengan isyarat yang sama yaitu kibasan ekor naga sebagai pertanda ijin diberikan untuk melanjutkan program berikutnya.

Menyucikan diri di Pura Narmada; penyucian diri di pura ini menggunakan konsep anugrah Maha Wisnu sebagai awatara Dewi Gangga yang langsung memberikan penyucian kepada para bhakta dengan cara ;
- Meraup dari dagu ke kepala 3 Kali
- Tepuk air 3X, telunjuk ketelinga kanan
- Tepuk air 3X, telunjuk ketelinga kiri
- Tepuk air 3X, Tepuk dada 3X dengan mengucap permohonan pada Dewio Gangga
- Teguk air 3X
- Medanapunia seiklasnya.

Melukat di Pura Suranadi ; Pengelukatan dipura Suranadi langsung membasuh diri di kolam suci yang airnya langsung turun dari Gunung Rinjani. gerrrrrrrrrrrrrrr dinggggggggggggggin sekali ( air suci belum ada manusia yang menjamah di luhur gunung rinjani ), tetapi setelah mohon ijin pengelukatan, rasa airnya langsung lebih hangat dan seger, astungkara.
Di Pura Suranadi / Tirtha Suranadi terdiri dari :
1. Tirta Pebersihan
2. Tirta Pengelukatan
3. Tirta Pengening
4. Tirta Pengentas
5. Tirta penembak
Di Pura Suranadi kita sembahyang dengan memohon anugrah nadi alam semesta ( hutan belantara suranadi )penjaga utama berbentuk babi hutan yang putih, wanara coklat dan binatang lainnya yang enggan diusik manusia, sebagai wujud protes seakan jagalah hutan ini.

Menuju Tatar Gunung Sari sebagai linggih Betara Lingsir Gunung Agung ; disini kita menghadap sujud bhakti di kaki betara pada jam 24.00 malam, berbagai macam petuah, pewecana serta ceciri yang dilimpahkan pada kita, khususnya pengetahuan penyatuan Ciwa Budha / Purusa Pradana / Giri Seagara / Tegeh endep / Luhur Dasar / Ang - Ah .
karena memang benar di Pura Gunung Sari ini saja yang ada hanya pelinggih Luhur dan Pelinggih Dasar Buana yang sangat dalam ( 5 m kedalam tanah ) dengan penjaga utama Naga Antaboga yang kuning keemas-emasan serta serdadu Buaya putih, Kodok dan kura - kura sebagai penjaga 3 telaga tirta yaitu (tirta besukih di selatan, tirta banyuurip di utara, tirta mas di barat )
Di Madyaning mandala ada Taman sari yang sangat asri, dikelilingi dengan arca widyadara widyadari yang ada di swarga loka, juga dipimpin oleh seorang Ida Betara Gede Balian yang berlakon sebagai pengamanan dan pengayoman umat akan bencana dan bahaya.

Di Tatar Gunung Sari ini juga kita melakukan meditasi surya raditya dengan memakai bentuk "keong " yang berarti jembatan spiritual secara niskala, jembatan spirit dar dasar menuju luhur akasa.( bisa dilihat pada www.suryaradite.blogspot.com )

Pura Lingsar Bebengan ( Tanjung ) lombok utara
disini kita melakukan persembahyangan bersama serta pengobatan massal, karena memang didaerah ini pengertian dan pelaksanaan keagamaan masih perlu penyempurnaan.

Pura Medana ( Makam Papuk Medana )
" Darma Sunya " kidung rasmisancaya, inilah yang patut didengungkan di tempat ini, penekun dan pelanjut generasi waktu telu bersemayam ditempat ini, tempat yang tinggi menjorok ke laut ( uluwatu Bali ) sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang empu kayogiswara Papuk Medana / Raden Wira Jaya , sesuai cerita sesepuh ditempat Sang Papuk dikejar - kejar kelompok perongrong spiritual karena berani mengajarkan pengetahuan spiritualitas didaerah ini, sampai - sampai anak kandung yang bernama dende intan komala sari pun ikut menjadi korban. Disini kita menyanyikan lagu "bengawan solo " sebagai kenangan sang anak yang ikut berkorban demi perjuangan spiritualitas, sambil beberapa sahabat menangis tersedu - sedu sebagai ciri pertemuan mistis dari para penganut spritualitas.

Pura Batu Bolong Sengigi;
Dipura ini kita melakukan persembahyangan bersama sebagai persimpangan beberapa Betara yang ada di tanah Bali seperti Ida Betara Ratu Gede Mas Mecaling dan Ida Ratu Gede Balian di Nusa Ped, Ida Betara Gunung Lempuyang dsb. Juga sebagai tempat persinggahan Ida Pedande Sakti Wau Rawuh.

Pura LINGSAR
Dipura ini kita dapat menikmati anugrah Betara dalam bentuk aura suci dan arca-arca suci peninggalan jaman dulu sebagai bentuk spiritualitas lombok pada jamannya, pada saat itu hanya ditempat inilah wujud spiritual yang langsung merangsuk pada wujud taksu spirit sejati, sampai hadirnya seorang maha pandita Pedanda Sakti Wau Rawuh tiba di Pulau ini dengan memberikan ceramah keagaamaan dan spiritualitas.

Pura Dalem Pingit Pegesangan
Tiba dipura ini sudah malam sehingga kita melakukan boga dulu baru melakukan persembahyangan dengan dipimpin oleh seorang Pendeta Suci Ida Pedande Gede Kerta, sekaligus memberikan wejangan / darma wacana kepada kita semua.
isi dari darmawacana beliau adalah ;
1. Merupakan hal pokok bagi para pemula yang belajar ilmu pengetahuan adalah menyebut aksara suci " Om, Ongkara Ya Namah Swaha" sebagi gegemet / bahasa suci agar beliau berkenan memberi ijin atas pengetahuan yang kita pelajari tersebut.

2. Menyembah Dewi Saraswati terlebih dahulu didalam belajar ilmu keagamaan.
3. Sistem Meditasi sederhana yaitu menghirup udara yang diyakini bersemayam dewa agni dan rangsukkanlah diseluruh tubuh, kemudian keluarkan dalam bentuk udara kotor yang menjadi sisa kekotoran dalam tubuh kita.

4. Adanya oknum pendeta yang masih belum bisa membedakan warna dan kasta serta penggaruhnya pada kelompok sosial masyarakat.
5. Hubungan yang ada perjalanan niskala dan ilmu pengetahuan keagaaman ( teologi) adalah pada korelasi panca maha buta yang ada pada dasar pembentukan manusia yang ada pada ilmu keagamaan dapat dirasakan dengan ilmu keadnyananan ( niskalagama ) dan penggaruhnya pada diri sendiri.
5. Konsentrasi pikiran pada waktu persembahyangan tidak ada hubungannya dengan karma yang kita rasakan pada kehidupan sehari hari ( suka duka lara pati ) karena ini memang harus terjadi pad kehidupan ini, tetapi sembahyang juga merupakan hal yang patut dilakukan sebagai proses hidup / kewajiban.

Selanjutnya kita melakukan pengobatan massal di Pura Dalem Pingit Pegesangan, sampai jam 12.00 terus persiapan mepamit pulang keBali, sampai dipadang bai tiba pulul 18.00 terus pulang kerumah masing - masing.

Astu Tat Astu, Awignam Astu Ya Nama Swaha...

Tuesday, September 8, 2009

SANDI TUHAN PADA MIMPI


Betulkah mimpi merupakan bahasa sandi dari Tuhan yang berkehendak untuk berkomunikasi dengan manusia? Jika demikian, apakah semua mimpi memiliki makna tertentu?

Banyak ragam pandangan orang mengenai mimpi. Ada yang mengatakan mimpi itu bunga tidur, mimpi dianggap sebagai harapan yang tidak kesampaian, bahkan ada yang beranggapan bahwa mimpi tidak memiliki arti. Ada pula yang menyatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama atau jalan emas untuk memasuki dunia batin atau hati nurani kita.

Sejarah menemukan bahwa buku tafsir mimpi tertua telah ditulis tahun 1100 SM. Untungnya sebagian ilmuwan memiliki ketertarikan mengenai mimpi, sehingga antara lain berdiri Institut Carl Gustav Jung di Zurich, Swiss, yang mempelajari mimpi sehingga dapat dipahami secara ilmiah.

Menurut Wolfgang Bock, SJ, yang pernah belajar di Institut Jung tersebut, salah satu fungsi mimpi adalah mengangkat pikiran, khayalan,dan hasrat hati manusia yang dalam hidup sadar kurang diperhatikan. Karena itu, mimpi juga memiliki motif menyeimbangkan kondisi pribadi supaya kepribadian seseorang tidak tumbuh pincang.

"Suka atau tidak suka, mimpi itu mengingatkan Anda, supaya Anda mau melihat kebenaran. Kadang kebenaran itu ditayangkan dengan cara amat mengejutkan, supaya diperhatikan," tulis Bock dalam bukunya, Menafsir Mimpi, Bahasa Sandi Tuhan.

Mimpi juga menambah pengetahuan vital, agar kita dapat memperbaiki sikap terhadap seluruh kehidupan dan situasi nyata yang dihadapi, ungkap Bock lagi. Melalui mimpi, bawah sadar kita akan memainkan tugas membimbing dan merencanakan, guna memberi arah lebih baik kepada sikap dan pendirian pikiran alam sadar.

Alam pikiran sadar kita seringkali tidak mau atau tidak ingin memahami persoalan apa adanya. Namun, melalui mimpi, kemampuan kita untuk menipu diri dan berpura-pura akan dijungkir balikkan, sehingga kita dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.

Tepat apa yang dituliskan Pastor J. Darminta, Si, mimpi bisa mengungkapkan alam spriritual kita, kerinduan dan perjumpaan kita dengan Allah, alam kejiwaan kita dengan segala pergulatan-pergulatan hidup, serta peristiwa dan tindakan hidup kita sehari-hari.

Perlu dipahami, mimpi merupakan salah satu bentuk bahasa hidup, seperti halnya bahasa rasa, bahasa hati, bahasa budi, bahasa rohani, bahasa tubuh, dan sebagainya. Sejak zaman para nabi dulu mimpi telah diyakini sebagai salah satu cara Tuhan menyampai pesan.

Melalui mimpi, menurut Bock, Allah hendak bergaul dengan manusia dan menuangkan nilai-nilai baru, kekuatan, dan kasih sayang yang berlimpah ke dalam hati kita.

Perhatikan waktunya
Mengutip Darminta, SJ, ada tiga macam mimpi berdasarkan waktu menurut orang Jawa, yaitu:

1. Titi onyi (21.00-24.00).
Mimpi pada jam ini dapat dipahami tidak memiliki arti khusus, kecuali menunjuk pada pengaruh pengalaman hidup sebelum tidur. Biasanya isi mimpi berkaitan dengan peristiwa hidup yang terjadi sebelumnya atau sisa masalah ketika masih terjaga.

2. Gondo onyi (24.00-03.00).
Mimpi pada jam ini menunjuk pada kualitas kejiwaan kita dalam mengarungi kehidupan, menyingkapkan apa yang tersembunyi di dalam diri kita agar diketahui, diterima, diolah. Jika diketahui sebagai gangguan hendaknya segera dapat disingkirkan, namun jika dirasakan sebagai dukungan sebaiknya diterapkan dalam kehidupan.

3. Puspa tajam (03.00-06.00).
Mimpi pada jam ini diyakini mengungkapkan adanya keterlibatan Allah, dan kita ditantang untuk mengenal suara, ajakan, dan pesan kehadiran Allah.

Mendoakan mimpi
Karena mimpi merupakan bahasa simbol dari Tuhan, saran Wolfgang Bode, sebaiknya kita meresponnya secara tepat. Caranya:

* Buat judul.
Pilih kata-kata, biarkan judul itu muncul spontan. Bila perlu, tanya mimpi itu, "Judul mana yang kau inginkan?"

* Buat tema.
Catatlah teman pokok atau masalah utama yang muncul dalam mimpi Anda. Bila mimpi Anda memuat lebih dari satu tema, urutkan tema-tema itu menurut bobot yang Anda rasakan.

* Catat perasaan.
Perasaan manakah yang paling menonjol dan kuat dorongannya dalam mimpi itu? Jika ada beberapa perasaan yang muncul berturut-turut, catatlah semuanya.

* Panjatkan doa.
Bercakaplah dengan Tuhan mengenai teman dan perasaan Anda berkaitan dengan mimpi. Mintalah jawaban dari Tuhan mengenai makna dan pesan lewat mimpi tersebut.

* Kesempatan bersemadi.
Biarkan seluruh mimpi berikut tema, perasaan, dan orang-orang yang tampak di dalam mimpi berada bersama Anda. Pilih satu kata kunci dan resapkan melalui metode mantra (kata itu dihirup bersama helaan napas).

* Buat catatan.
Catatlah apa yang Anda alami selama menggumuli mimpi itu dalam suasana doa di hadapan Tuhan. Tuliskan cepat, tanpa menilai apa yang muncul. Anda dilatih terbuka pada pola baru dalam berpikir dan bertindak, sesuai apa yang muncul.

* Tinjau kembali.
Malam hari, baca dan tinjau kembali mimpi dan doa serta sahutan Anda terhadap mimpi itu. Perhatikan bagaimana semua itu membantu Anda menemukan makna dan petunjuk arah yang termuat dalam mimpi, supaya bisa memilih dan menjalankan pola hidup Anda.

Thursday, September 3, 2009

SANGHYANG TAPAK, , RAHASYA ILAHI


PAMIANGAN PANEMBAHAN SOENDA PADJADJARAN
PAKEUN BELA BAKTI KA BANGSA MWAH NAGARA INDONESIA

Sunda teh Wiwitan mudu jadi anggeuhan pamiangan, na purbatisti purbajati i sunda sembawa sunda mandala, ning cita ning samaya nu rek nurutan inya twah nu surup ka nusalarang, pakeun heubeul jaya dina buana, pakeun nanjer na juritan, tangtuna bela bakti ka Diri Sarimbit, Kaluarga, Rakyat, Bangsa i Bhumi Pretiwi mwah Nagara Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 dening purbatisti, Pancasila dening purbajati. Purbatisti purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit, suka kretatang lor kidul kulon wetan kena kretaras. Sing para dewata kabeh pada bakti ka Batara Seda Niskala. Pahi manggihkeun si tuhu lawan pretyaksa.
Pun Sampurna ingsun abdi kaulanun i bebrayan Panembahan Soenda Padjadjaran, seja mipit amit ngala menta, nyuhun widi restu pandamping para rumuhun nu tangtu na tuturus nali ngaragasukma lelembutan dumasar ku tangtu catur darya kelima paheut : Sir na ati, budi na watek, cipta na utek, rasa na adeg, ngajadi pangadegan; nu tangtu panyca pasagi: tekad na hate, ucap na cangkem, lampah na tapak, paripolah na laku, ngajadi diri; na tangtu panggih jirim jeung jisimna : raga badag boga utek gede, raga leutik boga utek leutik, sukma badag boga panca indra, sukma leutik boga indra genep, lelembutan boga na getih; na tangtu apal asalna jisim kandung indung, yuga bapa: raga na bali mwah tali ari indung, sukma na cai tuban mwah alam kandung indung, lelembutan na yuga bapa; tinangtu panggih sajatining diri na pakem purbatisti purbajati i sunda sembawa sunda mandala.
Inyana Kaulanun …. Ning Cita Ning Samaya … Shi Punten nu Kateda Empun nu Kasun, Seja :
- Sembah Sumujud ka Gusti Sanghyang Tunggal nu nyipta waruga jagat nu ngawasa kawasana buana pancer tengah sabuder awun mwah sedaya mahluk nu karsa dicipta;
- Babakti ka para Pangagung mwah Pangluhung nu ngawasa di kawasa kersana Gusti Sanghyang Widi ngalaksana pancen pamayung agung di buana pancer tengah bangsa mwah nagara;
- Bakti tumut ka indung bapa aki nini buyut bao nu ngawasa dikawasa kersana Gusti Sanghyang Widi. ngaragasukma lelembutan jirim sajisimna;
- Parasparo pasarpana atuntunan tangan silih asih pantara ning padudulur jeung papada ning cita ning samaya mahluk nu karsa dicipta kawasana Gusti Sanghyang Widi, nu napak nekonan ngalaksana pancen di buana pancer tengah, sabuder awun.
- Ngarawat ngarumat ngaraksa alam hirup kahirupan, hutasanapah bhayu akasha teja sanghyang mahoratra saddya, sa palantara buana pancer tengah sabuder awun kersana Gusti Sanghyang Widi.

INYANA KAULANUN ... NING CITA NING SAMAYA ….
SEJA MIPIT AMIT ALA MENTA KERSANING GUSTI HYANG TUNGGAL
NYUHUN WIDI RESTU DAMPING, PARA RUMUHUN NU NGARAGASUKMA LELEMBUTAN
INI SABDAKALANDARA RAKYAN JURU PANGAMBAT
I KAWIHAJI PANYCA PASAGI MARSA NDESHA
BARPULIHKAN HAJI SUNDA
KIDUNG LUHUNG TI KARUHUN,
SASAKA PUSAKA BUHUN,
HAYU URANG PADA SUHUN,
NGALAP DANGHYANG NU RUHUN,
NUTI KULON NUTI WETAN,
KALER KIDUL SEUG PAMITAN,
HAYU URANG MARUKA WIWITAN,
KIDUNG SUNDA NUR BUATAN…
INYANA KAULANUN ... NING CITA NING SAMAYA ….
NU REK NURUTAN INYA TWAH NU SURUP KA NUSALARANG,
PAKEUN HEUBEUL JAYA DINA BUANA, PAKEUN NANJER NA JURITAN,
SEJA NGALAKSANA PURBATISTI PURBAJATI
PARA PANGAGUNG MWAH PANGLUHUNG
I SUNDA SEMBAWA SUNDA MANDALA,
SEDAYA TEKAD UCAP LAMPAH PARIPOLAH DENING SALIRA
SEJA NGALAP DANGHYANG NU RUHUN, MARUKA SASAKA PUSAKA BUHUN,
PAKENA GAWE RAHAYU, PAKENA KRETA BENER,
BHAGYA BARI PAKENA BENER, PAKEUN NANJER NAJURITAN,
SALAMET NA KRETA TUHU, PAKEUN HEUBEUL JAYA DINA BUANA.

SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU TARUSBAWA,
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN MARUKA WIWITAN SASAKA PUSAKA BUHUN
Sumpah denira Sri Maharaja Suryaman Sang Mahapurusa Bimaparakrama Hariwangsa Digwijaya Sunda Sembawa Prabu Tarumanagara ka tujuh, Sangkan Sunda Sembawa Maruka Wiwitan na Purbatisti Purbajati pakeun heubeul jaya dibuana, nanjeur na juritan, kreta na Sunda ngawasa ku trahna Sunda Sembawa. Tarumanagara sirna ing bhumi jawadwipa beh kulwan, jawadwipa beh kulwan kabeulah, nanjeur na juritan, kreta Galuh Pakuan dening Prabu Wretikandayun na puraraya Galuh Karang Kamulyaan ti citarum beh wetan, ning kreta Sunda Pakuan dening Prabu Tarusbawa na puraraya Sundapura Pandeglang, ti citarum beh kulwan.

“ini sabdakalandara rakyan juru pangambat
i kawihaji panyca pasagi marsa ndesha
barpulihkan haji sunda”

SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU SANJAYA,
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN YUDDHENIPUNA MWAH BALADHIKA NING WADYABALA
Kreta Galuh Pakuan mwah kreta Sunda Pakuan, nyahiji ku polah Raden Sanjaya, ing putra Prabu Sena trah Galuh lawan Ratu Sanaha putri Bhumi Mataram, mantu Prabu Tarusbawa, ngangaranan maneh taraju jawadwipa, lian kreta Galuh Pakuan, kreta Sunda Pakuan, mwah kreta Bhumi Mataram, alabatan ngagunamake Pustaka RatuNing Bala Sariwu. Kaampuhan na yudhakala rebut kreta Galuh Pakuan na kadatwan wus dumadi ranasabha ingga purbasora pinenjahan dening Sanjaya yudhakala. 635 Saka.
Pustaka Ratuning Bala Sariwu tetenan susunsusun Resiguru Kendan dening Rajaputra Suraliman sang yuddhenipuna mwah sang baladhika ning wadyabala ing Tarumanagara. Bihari Pustaka Ratuning Bala Sariwu, dititip rawat rumat ngarsakeun dening Resiguru Rabuyut Sawal, Gunung Sawal Seda Sakti kiwari, ku titah dening Prabu Tarusbawa, ing Tarumanagara ngajadi Sunda Pakuan.

SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU SRI JAYABHUPATI,
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN NGARAWAT NGARUMAT NGARAKSA SARAKAN
Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuana mandaleswaranindita Harogowardana Wikramo tunggadewa, Prahajyan Sunda, Magaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway denira.

Sumpah denira prahajyan Sunda. Lwirnya nihan.
“ … indah ta kita kamung hyang hara agasti purbbadaksina paccima uttara agniya neriti …. tabayabya aicanya urddhadah rawi shashi patala jalapawana ….. hutasanapah bhayu akasha teja sanghyang mahoratra saddya …. Yaksa raksasa pishasha preta sura garuda graham kinara mahoraga catwana … lokapala yama baruna kuwera bashawa mwang putra dewata panca kucika ….. nandishwara mahakala dunggadewi ananta surindra anakta hyang kalamrtyu gana bhuta sang prasiddha milu manarira umasuki sarwwajanma ata regnyaken iking sapatha samaya …. Sumpah pamangmang ni lebu ni paduka haji i Sunda irikita kamung hyang kabeh … pakadya umapala ikan … i sanghyang tapak ya patyanantaya …. Kamung hyang dentat patiya siwak kapalanya cucup uteknya belah dadanya inum rahnya rantan ususnya wekasaken pranantika … i sanghyang kabeh tawat hana wwang baribari shila irikang lwah i sanghyang tapak apan iwak pakan prannahnya kapangguh i sanghyang …. Maneh ka liliran pakanya katake dlaha ning dlaha …. Paduka haji i sunda …. Umade maka kadarman … ing samangkana wekawet paduka haji i sunda sanggum nti ring kulit kata kamanah ing kanang … i sanghyang tapak makatepa lwah watesnya i hulu sanghyang tapak ….. i hilir mahingan irikan …. Umpi ing wungkal gde kalih … i wruhhanta kamung hyang kabeh ….

SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU DHARMASIKSA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN PARASPARO PASARPANA
ATUNTUNAN TANGAN SILIH ASIH PANTARA NING PADUDULUR
Prabu Guru Dharmasiksa Paramarta Sang Mahapurusa Sang Prabu Sanghyang Wisnu, Ratu Sunda Pakuan Galuh Pakuan ing puraraya i Saunggalah Kuningan lantas pindah ing puraraya i Pakuan Bogor. Nalika kasumpingan incu Rakeyang Wijaya Sang Kretarajasa Jayawardhana, Prabu kreta Majapahit ing puraraya i Wilwatika Jawadwipa beh Wetan trah Kreta Singasari mwah Kreta Kediri. pitutur sangkan di pikukuh di puraraya Pakuan.

Pitutur Prabu Dharmasiksa pakeun di Pikukuh Seuweu Siwi Seke Seler i Sunda
… Hawya ta sira kedo ethawamerep ngalindih Bhumi Sunda mapan wus kinaliliran ki sanak ira dlaha yan ngku wus angemasi …. Hetunya nagaramu wus agheng jaya santosa wruh ngwang kottaman ri puyut katisayan mwang jayashatrumu, ngke pinaka mahaprabhu … ika hana ta daksina sakeng Hyang Tunggal mwang dumadi sarataya. …. Ikang sayogyanya rajya jawa lawan rajya sunda parasparo pasarpana atuntunan tangan silih asih pantara ning padudulur … Yatanyan siddha hitasukha … Yan rajya sunda dukhantara ... Wilwatikta sakopayanya maweh sharana …. Mangkana juga rajya sunda ring wilwatikta….

SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU LINGGABUANA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN JATI TEU KASILIH KU JUNTI TAN KALINDIH
Prabu Linggabuana Sang Prabu Wangi …” Sang Prabhu maharaja sunda pejah ta sira haneng bubat i wilwatikta nagara irikang kala sang prabhu maharaja kahyun ngawarangaken anak ira ya ta sang Retna Citraresmi athawa Dyah Pitaloka lawan Bhre Prabhu Wilwatikta Shri Rajasanagara ngaran ira nihan ta mulatnya. Maksud ngahiji Sunda lawan Wilwatika, ku kahyun ngawarangaken Retna Citraresmi lawan Prabu Hayam Wuruk, gagal jadi maksud ku Patih Gajah Mada i Majapait.
Sumpah denira prahajyan Sunda. Palagan Bubat … tathapyan mangkana sundhabhumi tan kalindih dening rajya wilwatikta..

SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
HYANG PRABU NISKALA WASTU KANCANA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN ACARA, ADIGAMA, GURUGAMA,
TUHAGAMA, SATMATA, SURALOKA, NIRAWERAH
Prabu Niskala Wastu Kancana Sang Praburesi Buanatunggal Dewata, ing Putra Mahkota Prabu Linggabuana, kancana putra Prabu Bunisora Sang Satmata Prabu Guru Pangadiparamarta Jayadewabrata. Mahaprabhu Niskala Wastu Kancana, nu heubeul jaya di buana pancer tengah i Sunda. Sugan aya nu rek nurutan inya twah nu surup ka nusalarang. Pakeun heubeul jaya dina buana, pakeun nanjer na juritan. Apah, teja, bayu, akasa, bug e nyurup ka pitutur hyang prabhu buanatunggal.

Pitutur Prabu Niskala Wastu Kancana, pakena gawe rahayu, pakena kreta bener
…. Nihan tapa kawali nu siya mulia tapa bhagya Prabhu Raja Wastu mangadeg di kuta kawali nu mahayu na kadatuan surawisesa nu marigi sakuliling dayeuh nu najur sagala desa aya ma nu pandeuri pakena gawe rahhayu pakeun heubeul jaya dina buana…. Aya ma nu ngeusi bhagya bari pakena kereta bener pakeun nanjer na juritan.

SEMBAH BABAKTOS KAPIHATUR PIHUNJUK PANJENENGAN
SANGHYANG PRABU SILIWANGI SHRI BADUGA MAHARAJA
PURBATISTI PURBAJATI PAKEUN MANGGIHKEUN SI TUHU LAWAN PRETYAKSA
….. Hana pwanung mangadegakna Pakwan Padjadjaran lawan kedatwan Sang Bima Punta Narayana Madura Suradipati ya ta sang Tarusbawa…. Hana pwa putra nira Sang Prabhu Dewa Niskala, Sang Ratu Jayadewata gumantyakna ta manira dumadi raja Sunda lawan nama sidham Shri Baduga Maharaja ing Pakwan Pajajaran Shri Ratu Dewata. Rasita lungguh criman kadatwan nira makaran Shri Bima Punta Narayana Madura Suradipati …. Raja Pajajaran winastwan ngaran Prabhuguru Dewaprana muwah winastwan ngaran Shri Baduga Maharaja Ratuhaji ing Pakwan Pajajaran Shri Sang Ratu Dewata putra ning Rahyang Dewa Niskala. Rahyang Dewa Niskala putra ning Rahyang Niskala Wastu Kancana. Rahyang Niskala Wastu Kancana putra ning Prabhu Maharaja Linggabhuanawishesa…..

Pitutur Prabu Siliwangi Shri Baduga Maharaja,
pakeun Rahayu Bagja Salamet Jaya Tri Buana
…. Wang na pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana diwastu diya dingaran shri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran shri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diya anak rahyang dewa niskala sang sidamoka di gunatiga, incu rahyang niskala wastu kancana sang sidamoka ka nusa larang, ya siya nu nyiyan sakakala gugunungan ngabalau nyiyan samidam nyiyan sanghyang talaga rena mahawijaya, ya siya pun i saka, panca pandawa mban bumi.
…. Purbatisti purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit … suka kretatang lor kidul kulon wetan kena kretaras....Sing para dewata kabeh pada bakti ka Batara Seda Niskala…Pahi manggihkeun si tuhu lawan pretyaksa….

…… Pamugi Gusti Sanghyang Widi karunya ning cita ning samaya. Sih nuhun, inyana kaulanun bebrayan panembahan soenda padjadjaran. Rahayu – rahayu – rahayu.

…… Pamugi Gusti Sanghyang Widi karunya ning cita ning samaya. Sih nuhun, teda nu di seja ampun nu di pundut. Abdi kaulanan bebrayan panembahan soenda padjadjaran.
Rahayu – rahayu – rahayu.